JAKARTA (voa-islam.com) - Pengamat kotra-terorisme Harits Abu Ulya menyatakan bahwa pemindahan ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang sudah sepuh dan dalam kondisi kurang sehat oleh aparat sebagai tindakan tidak manusiawi dan zalim.
“Saya melihatnya ini tindakan yang tidak manusiawi dan zalim, beliau yang sudah sepuh dan dalam kondisi kurang sehat Densus 88 memindahnya. Dan juga Tidak memberitau kepada pihak keluarga sebelumnya, ini arogansi. Hanya dengan mengenakan baju koko dan sarung beliau diangkut via darat ke Nusakambangan,” ujarnya melalui pesan singkat kepada voa-islam.com, Sabtu (6/10/2012).
Ia menduga ada keterkaitan pemindahan ustadz Abu Bakar Ba’asyir tersebut dengan sejumlah momen saat ini.
“pertama, saya menduga di momen bom Bali, Densus bekerja untuk membuat multi efek. Kemungkinannya, ini pesanan donatur (Australia atau Amerika Serikat).
Kedua, ini diharapkan bisa alihkan pertarungan KPK-Polri atau isu krusial lainya.
Ketiga, ini pancingan untuk membuat marah/meradikalisai dan memprovokasi kelompok jihadis. Atau ini upaya untuk menjaga panasnya isu teorisme agar bisa ambil keuntungan politik dibaliknya,” ungkap Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA)
Untuk itu ia berharap agar umat Islam tak terpancing oleh permainan Densus dan semoga KPK tetap bersikap tegas kepada para koruptor besar dari institusi Polri.
Selain itu ia menambahkan, melalui realita yang ada umat Islam sudah amat tahu bahwa Densus 88 tidak konsisten dalam penanganan kasus terorisme.
“Umat sangat tahu, perlakuan Densus tidak konsisten terhadap kasus ‘terorisme’, kenapa si Ale (Ali Imron) tidak juga dipindah? Apa karena ia bisa ikuti semua kemauan Densus??? Atau koruptor kelas kakap tidak juga di buang ke Nusakambangan?? Ini kezaliman yang berbahaya!” pungkasnya. [Ahmed WIdad]