View Full Version
Senin, 22 Oct 2012

Murji'ah Remehkan Syari'at Islam dan Tuding Para Pejuangnya Khawarij

JAKARTA (voa-islam.com) - Maraknya aliran sesat saat ini begitu melanda umat Islam. Sehingga tidak sedikit diantara kaum muslimin tergelincir baik sadar maupun tidak telah tergelincir pada kesesatan.

Diantara sekte sesat yang sejak zaman dahulu ada hingga sekarang adalah murji’ah. Merasa prihatin merebaknya paham murji’ah ini, ustadz Anung Al Hamat, Lc. alumunus fakultas hadits Al-Azhar Mesir menulis sebuah buku berjudul “Mewaspadai Penyimpangan Neo Murji’ah.”

Guna memberikan pencerahan kepada kaum muslimin, buku setebal 152 halaman tersebut mulai dibedah, pada Sabtu (20/10/2012) di Pesantren Tinggi Al Islam, Pondok Gede Bekasi.

Ustadz Anung Al Hamat mengungkapkan dalam di halaman 35 dari buku tersebut, kalangan murji’ah menyatakan bahwa amal bukan dari iman. Menurut mereka amal hanyalah merupakan penyempurna iman.

Kalangan murji’ah juga menyatakan iman tidak bertambah dan berkurang. Bahwa keimanan Abu Bakar Shiddiq dengan muallaf pun sama.

Padahal menurut pemahaman Ahlus Sunnah, iman adalah perkataan dan perbuatan, baik perkataan hati maupun lisan serta perbuatan hati dan anggota badan. Hal ini sebagaimana dinyatakan Imam Ibnu Taimiyah dalam kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah:

“Diantara dasar aqidah ahlus sunnah wal jama’ah adalah bahwa agama dan iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Yang dimaksud perkataan adalah perkataan hati dan perkataan lisan. Dan yang dimaksud dengan perbuatan adalah perbuatan hati, perbuatan lisan dan perbuatan anggota tubuh. Iman bertambah karena ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.”

...kalangan ini begitu mudah memvonis kalangan yang ingin menegakkan syariat dengan label khawarij, kilab an nar (anjing-anjing neraka), pemberontak dan label-label lainnya

Akibat dari kesalahan murji’ah memahami konsep iman maka begitu buruk dampaknya dalam kehidupan kontemporer saat ini. Diantara pengaruh buruk paham murji’ah adalah mereka meremehkan pemberlakuan syari’at Islam. Di halaman 58-59 di buku tersebut, dinyatakan sebagai berikut:

“Akan pentingnya syari’at, Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 65:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

Ali bin Naif As Sahhud menyatakan:

Ayat tersebut dan ayat-ayat lainnya telah menjelaskan adanya keterkaitan erat antara aqidah dan syariat yang keduanya tidak bisa dipisah-pisahkan. Undang-undang yang tidak sesuai dengan diturunkan Allah adalah satu bentuk kemusyrikan yang bisa mengeluarkan pelakuanya dari Islam.

Kalangan yang terkontaminasi paham Murji’ah ini akan meremehkan urusan syari’at Allah. Bagi mereka kumandang adzan, shalat dan beberapa syi’ar Islam yang ada sudah cukup. Sehingga kalangan ini begitu mudah memvonis kalangan yang ingin menegakkan syariat dengan label khawarij, kilab an nar (anjing-anjing neraka), pemberontak dan label-label lainnya yang negatif.”

Dengan demikian, jelaslah siapa gerangan yang dengan murah menjuluki para pejuang penegak syari’ah Islam di negeri ini dengan label tersebut di atas. Oleh sebab itu, kaum muslimin perlu mewaspadai paham murjiah yang disebarkan para asatidz dan ulama mereka. [Ahmed Widad]


latestnews

View Full Version