KLATEN (voa-islam.com) – Akhir-akhir ini, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mulai kembali mengadakan beberapa acara seminar, diskusi dan workshop deradikalisasi dihotel-hotel mewah di sejumlah kota besar di Indonesia.
Tak cukup itu saja, BNPT juga sedang gencar-gencarnya membentuk sebuah forum yang kemudian diberi nama dengan Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT). Forum ini oleh BNPT ditargetkan agar bisa terbentuk di 15 provinsi besar di Nusantara pada tahun 2012.
Hingga saat ini 11 provinsi yang telah memiliki forum diantaranya adalah Lampung, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Palembang, Jawa Tengah dan Bali. Sementara yang telah direncanakan untuk didirikan adalah Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Palu dan Kalimantan Timur.
...Selama ini saya mengikuti acara-acara mereka, hal semacam itu merupakan acara untuk menghabiskan anggaran semata.
Menurut ustadz Abu Rusydan bahwa sejumlah proyek termasuk forum yang dibentuk BNPT dengan nama FKPT hanyalah sekedar untuk menghabiskan dana dan anggaran negara semata.
“Itu hanya proyek saja. Selama ini saya mengikuti acara-acara mereka, hal semacam itu merupakan acara untuk menghabiskan anggaran semata. Dan beberapa kali saya diundang oleh mereka untuk mengisi acara-acara seminar atau diskusi mereka, yang saya lihat seperti itu,” Ujarnya di sela-sela bedah majalah islam An Najah dengan tema “Ketika Jihad Harus Sendiri” di masjid Jami’ An Nur Sangkal Putung Klaten Jawa Tengah pada Minggu pagi (21/10/2012).
Ustadz yang juga pernah mengeyam pendidikan militer di Afghanistan ini juga mengungkapkan, bahwa pernah suatu kali dia diundang BNPT untuk memberikan pandangannya tentang jihad di sebuah universitas di kota Semarang yang diikuti oleh para dosen kampus di Semarang.
Namun betapa kagetnya Ustadz Abu Rusydan ketika dia mendengar bisikan-bisiskan dari para peserta kepada peserta lainnya yang hadir dengan mengatakan, “Nanti amplopannya berapa tho? Coba tanyakan dulu sama panitia. Kemarin yang acara disana amplopannya gede lho,” cerita Abu Rusydan menirukan peserta yang hadir kala itu.
...naik taksi saya hanya bayar 50 ribu, oleh panitia seminar dari BNPT kemudian ditulis 500 ribu dan yang lain juga sama
Tidak hanya itu saja, ustadz Abu Rusydan juga mengisahkan saat dirinya diminta ngisi seminar BNPT di Jakarta, dari pihak panitia sempat menggelembungkan biaya perjalannya hingga berkali-kali lipat.
“Pernah saya diminta ngisi seminar oleh BNPT di Jakarta. Dari rumah di Kudus sampai Jakarta selalu saya tulis berapa biaya yang saya keluarkan. Sebab dari panitia bilang akan mengganti ongkos transport saya, dan saya diminta untuk menuliskan besarannya. Lalu saya tulis, dari Kudus ke bandara Semarang naik bis bayar 10 ribu, beli karcis pesawat Lion Air sekitar 300 ribu, naik taksi ke tempat acara 50 ribu. Tapi setelah acara, saya kaget, karena naik taksi saya hanya bayar 50 ribu, oleh panitia seminar dari BNPT kemudian ditulis 500 ribu dan yang lain juga sama,” kata Abu Rusydan sambil tersenyum.
Guna menghadapi upaya deradikalsasi dan berbagai rongrongan pihak-pihak yang memusuhi Islam, ustadz Abu Ruysdan berpesan kepada kaum muslimin khususnya para aktivis Islam untuk selalu merapatkan barisan dalam menghadapi makar orang-orang kafir.
“Pesan saya kepada kaum muslimin, khususnya aktivis islam, hendaknya kita saling bersinergi dan merapikan barisan untuk menghadapi setiap rencana jahat orang-orang kafir. Jangan hanya karena adanya suatu perbedaan pandangan malah membuat kita bercerai dan saling mencela dan merendahkan,” ucapnya.
Selain itu ia berpesan kepada media Islam agar semakin meningkatkan volume pemberitaan dan kwalitasnya untuk membela setiap kegiatan umat Islam.
“Dan kepada media islam, saya rasa sudah mencoba untuk semaksimal mungkin memberikan pembelaannya terhadap setiap kegiatan kaum muslimin. Cuma menurut saya yang perlu ditingkatkan yaitu dari segi volume dan kwalitasnya. Jangan kita hanya mengutamakan kaidah-kaidah jurnalistik sekuler, tanpa mengedepankan kejujuran dalam materi pemberitaannya. Jadi disini memang perlu adanya investigasi langsung dalam setiap peristiwa”, tambahnya. [Bekti/VOA]