JAKARTA (VoA-Islam) - Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al Jufri mengingatkan, ada 180 titik daerah-daerah yang rawan terjadi konflik sosial di tanah air. Konflik Sosial itu tidak hanya menyangkut masalah SARA (Suku Agama Ras dan Antar golongan) saja, tetapi juga soal tawuran, pengeroyokan, dan konflik pilkada.
Upaya yang dilakukan Kementerian Sosial salah satunya dengan program Keserasian Sosial yaitu dengan menerjunkan para pelopor perdamaian yang saat ini jumlahnya sekitar 400 orang. Dengan program ini diharapkan konflik sosial itu berkurang setiap tahunnya.
“Keserasian sosial kita lakukan di daerah yang sering konflik. Dari program itu muncul pelopor perdamaian, sekitar 400-an orang. Tugasnya bagaimana kalau terjadi konflik, bahkan sebelum terjadi konflik mereka sudah menyatukan masyarakat,” ujar Salim di Kemensos, Jl Salemba Raya, Jakarta, Rabu (7/11/2012).
Untuk mencegah konflik ini, Kemensos juga akan membuat SMS center. Nantinya SMS center ini akan seperti early warning system. "Misalnya banyak SMS yang membuat orang marah, ada yang provokasi dan menghakimi masyarakat. Nanti dari kami ada SMS yang meredam," jelasnya.
Selain itu, untuk mencegah konflik, solusi yang terbaik adalah dengan meningkatkan kesejahteraan sosial. "Semua lini harus kerjasama. Tokoh-tokoh masyarakat, kepolisian, harus ada penjagaan bersama," tegas Salim.
Mensos menyebutkan konflik sosial bisa terjadi dimana saja mulai dari rumah tangga, lingkungan, sekolah bahkan ditingkat legislatif, tapi dari seluruh konflik sosial yang terjadi tawuran menduduki angka terbesar pada konflik sosial yaitu mencapai 30 persen. Sementara konflik sosial yang disebabkan pemilihan kepala daerah mencapai 10 persen sedangkan konflik akibat suku agama dan ras hanya satu persen.
Menurut Mensos, upaya tersebut tidak cukup hanya dilakukan oleh Kementerian Sosial, yang diinginkan melalui program Keserasian Sosial adalah memunculkan tokoh masyarakat, kearifan lokal dan pemuka masyarakat serta tokoh agama bergerak.
"Semua harus bergerak secara komprehensif dan simultan untuk membuat situasi sejuk di daerah yang rawan konflik itu, kalau orang tua ribut bagaimana agar anak-anak muda bangkit menjadi pemersatu di daerah tersebut," ujar Salim.
Langkah lain yang diambil Kementerian Sosial dengan menggelar Kemah Kebangsaan yang diikuti pelajar SMA dan mahasiswa serta Karang Taruna maupun Pramuka. Diharapkan generasi muda dapat menjadi pelopor perdamaian di lingkungannya.
Selama ini pelajar hanya diberikan pendidikan akademis semata sehingga gersang dari segi spiritual dan emosional. Melalui Kemah Kebangsaan yang digelar selama empat hari itu mereka diharapkan dapat lebih dekat secara sosial dan emosional serta memunculkan semangat nasionalisme dan kebersamaan. Desastian/dbs