POSO (voa-islam.com) - Ummu Sa'ad tidak menyangka jika Sabtu pagi tanggal 3 November 2012 akan menjadi hari pembunuhan bagi suami tercintanya Kholid oleh pasukan Densus 88.
Ibu satu anak kelahiran Lamongan Jawa Timur ini memang sudah mengikhlaskan kepergian suaminya namun ada banyak tersisa pertanyaan di benaknya tentang kebiadaban Densus 88 yang katanya penegak hukum di negeri ini.
Kontributor voa-islam.com berkesempatan untuk mewawancarai istri dari Kholid tersebut untuk menceritakan bagaimana suaminya dibunuh oleh Densus 88.
“pagi-pagi setelah subuh Densus 88 menggerebek rumah saya mencari abi (panggilan untuk Kholid, red.)," kata ummu Sa’ad kepada voa-islam.com, Rabu (7/11/2012).
Dalam penggerebegan tanpa surat perintah penangkapan tersebut sempat terjadi perang mulut antara Densus 88 dengan ibu mertua dan adik Kholid. Ummu Sa'ad menuturkan bahwa ibu mertuanya mengatakan kepada anggota Densus 88," Kholid tidak ada di rumah!" ujarnya tegas.
Mendengar kata-kata tersebut anggota Densus 88 marah dan berkata,"kalau ketemu nanti saya tembak dia," kata Ummu Sa’ad menirukan.
...Setelah Densus 88 meninggalkan rumah saya tidak lama kemudian saya mendengar suara tembakan, saya tidak menyangka bahwa suami saya yang ditembak
Ummu Sa’ad juga mengatakan pada Densus 88 jika suaminya biasa berolahraga usai shalat Shubuh. “suami saya punya kebiasaan setelah sholat subuh suka jalan-jalan pagi," ucapnya.
Setelah Densus 88 tidak menemukan Kholid kemudian mereka pergi meninggalkan rumah. "Setelah Densus 88 meninggalkan rumah saya tidak lama kemudian saya mendengar suara tembakan, saya tidak menyangka bahwa suami saya yang ditembak," ungkapnya dengan nada lirih.
Menurut kesaksian para tetangganya ketika Kholid ditangkap tidak ada perlawanan, pertama kali Kholid ditembak pada bagian kakinya kemudian ditembak lagi pada bagian kepalanya. Masih menurut kesaksian tetangganya bahwa ketika ditembak Kholid masih sempat meneriakkan takbir dua kali.
Ada hal yang sangat janggal menurut Ummu Sa'ad yakni surat penangkapan baru diberikan setelah jenazah suaminya dikuburkan.
"Surat perintah penangkapan diberikan setelah jenazah suami saya dikuburkan dan dalam surat penangkapan tersebut tertulis bahwa surat penangkapan diterima oleh tersangka dan keluarganya," jelasnya.
...Surat perintah penangkapan diberikan setelah jenazah suami saya dikuburkan dan dalam surat penangkapan tersebut tertulis bahwa surat penangkapan diterima oleh tersangka dan keluarganya
Kejanggalan lainnya menurut Ummu Sa'ad adalah ketika jenazah diserahkan sudah dilakukan otopsi padahal untuk otopsi jenazah harus ada izin keluarga.
"Bagian dada sampai perut suami saya ada bekas sayatan,begitu pula pada bagian kepala belakang," terangnya.
Kemudian sejumlah barang bukti yang disita oleh Densus 88 sebagian besarnya bukan milik Kholid tapi milik Adiknya Kholid yang seorang sarjana farmasi. Diantara barang bukti yang disita adalah laptop dan alat-alat farmasi yang kesemuanya milik adiknya Kholid.
Satu-satunya barang milik Kholid adalah sebuah kardus berisi cangkang kapsul dan botol yang rencananya akan digunakan untuk mengemas obat herbal habbatussauda yang akan dijual oleh Kholid.
Ummu Sa'ad pun mengutuk kinerja Densus 88 yang katanya pasukan elit tapi kerjanya berantakan, membuat masyarakat resah dan menghilangkan nyawa orang seenaknya.
...Saya yakin suami saya syahid, sebab sampai di rumah darah masih mengalir dari kepalanya, darahnya tidak bau amis dan saya lihat wajahnya tersenyum
Ketika voa-islam.com menanyakan tentang kematian suaminya, Ummu Sa'ad nampak tegar.
"Saya yakin suami saya syahid, sebab sampai di rumah darah masih mengalir dari kepalanya, darahnya tidak bau amis dan saya lihat wajahnya tersenyum," ucapnya.
Mengenai kemungkinan akan adanya upaya menuntut perlakuan dzalim Densus 88 yang telah membunuh suaminya melalui jalur hukum Ummu Sa'ad mengatakan bahwa hal tersebut sedang dimusyawarahkan oleh pihak keluarganya.
Meski ia sedang ditimpa musibah yang amat besar, namun pada akhir wawancara Ummu Sa'ad tak lupa memberikan nasehat bagi para istri mujahid agar tetap bersabar.
"Kepada para ummahat yang suaminya tengah dipenjara atau didzalimi, hendaknya bersabar, hidup di dunia hanya sementara untuk mencari kebahagiaan akhirat, hidup di dunia ibarat kita numpang minum sedangkan akhirat itulah tujuan kita," tutup ummu Sa'ad mengakhiri wawancara. [AF]