JAKARTA (voa-islam.com) - Pihak berwenang di perbatasan Kalimantan antara Indonesia dan Malaysia telah menangkap orang yang diduga sebagai Upik Lawanga alias Taufik Bulaga, pria yang diduga merakit bom yang digunakan oleh pelaku bom jibaku untuk menyerang Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton di Jakarta, The Jakarta Post melaporkan.
Sekretaris Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Marsekal Chairul Akbar, mengatakan kepada The Jakarta Post pada hari Rabu (7/11/2012) bahwa pemerintah daerah di kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur telah menahan dua profil tinggi tersangka teror.
"Kami telah menangkap dua tersangka. Dari data dan informasi yang dikumpulkan di lapangan, kami menduga salah satunya adalah Upik Lawanga, "kata Chairul.
"Tapi sama seperti tersangka teroris lainnya, Upik memiliki banyak nama. Jadi, kita harus berhati-hati dengan penyelidikan kami untuk memastikan bahwa kami menangkap individu yang tepat, "kata Chairul, menolak untuk mengungkapkan identitas tersangka kedua yang ditangkap.
Dia juga mengatakan BNPT kini berkoordinasi dengan Kepolisian Nunukan untuk segera mentransfer dua tersangka tersebut ke Jakarta.
Upik adalah buronan profil tinggi, diduga terlibat dalam pembuatan bom untuk dua pemboman jibaku yang meledakkan bagian dari hotel JW Marriott dan Ritz Carlton pada tahun 2009, yang menewaskan tujuh orang dan melukai permanen puluhan lainnya.
Dia juga diduga terlibat dalam pemenggalan tiga siswa Kristen di Poso pada tahun 2005, dan pembunuhan Pendeta Susianti Tinulele di Gereja Effata di Palu pada tahun 2004 - keduanya di Sulawesi Tengah.
Menurut sumber di BNPT, penangkapan Upik ini terjadi ketika pihak berwenang menahan Ahmad Fadli bin Rahim, yang mengaku sebagai warga negara Malaysia, yang menyeberang ke Tawau, Malaysia, menggunakan speed boat dari Nunukan.
..Kami telah menangkap dua tersangka. Dari data dan informasi yang dikumpulkan di lapangan, kami menduga salah satunya adalah Upik Lawanga..
Polisi menduga bahwa Ahmad Fadli merupakan buronan Upik Lawanga setelah mereka juga menemukan kartu identitas palsu Indonesia dengan nama Daniel Stevan, yang tinggal di Palu, saat penangkapan tersebut.
Menurut sumber tersebut, Upik berusaha untuk meloloskan diri dan menyeberang ke Malaysia setelah pemerintah melancarkan tindakan keras dengan menankap para tersangka teror di Poso setelah pembunuhan beberapa petugas polisi dan temuan dari banyak bom berdaya ledak tinggi di beberapa lokasi.
Ketua BNPT Ansyaad Mbai sebelumnya mengklaim bahwa para pemimpin top teroris berkumpul di Poso untuk membangkitkan ketegangan antara Kristen dan Muslim dengan harapan menghidupkan kembali konflik sektarian di sana.
Poso, dengan populasi sekitar 215.000, adalah tempat bentrokan berdarah antara komunitas Kristen dan Muslim antara tahun 1997 dan 2001 yang menewaskan sekitar 1.000 jiwa dan menelantarkan 25.000 lainnya.
Sumber tersebut juga mengatakan bahwa Upik mencoba melarikan diri dari Poso dengan menuju ke Berau, Kalimantan Timur, sebelum menyeberangi sungai Bambangan ke Nunukan dengan sebuah perahu untuk kemudian menyeberang ke Malaysia. "Dia tinggal di Nunukan selama dua hari. Dia tidak punya kerabat sehingga ia menghabiskan malam di masjid, "kata sumber itu.
Menurut pakar terorisme Al Chaidar, Upik adalah seorang siswa DR.Azhari Husin, seorang warga negara Malaysia yang dikenal sebagai guru pembuat bom yang terlibat dalam bom Bali 2002. DR. Azhari meninggal ditembak oleh polisi tahun 2005 di Malang, Jawa Timur.
"Upik sangat teliti ketika sedang membuat bom. Itulah sebabnya Azhari mengaguminya, "katanya. (an/TJP)