JAKARTA (voa-islam.com) - Tadrib ‘Asykari atau pelatihan militer di pegunungan Jalin Jantho, Aceh tahun 2012 silam yang dilakukan para mujahidin sebagai persiapan (i’dad) untuk berjihad ke Palestina dianggap sebagai aksi terorisme.
Mereka yang terlibat dalam pelatihan tersebut diburu, ditangkapi bahkan ditembak mati oleh Densus 88.
Hal itu juga ternyata dialami ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Ia ditangkap pada Senin pagi (9/8/2010) di Banjar Patroman, Ciamis, Jawa barat usai kegiatan safari dakwah.
Menurut Polri Ustadz Ba’asyir ditangkap karena merestui dan mendanai pelatihan militer di Aceh, seperti disampaikan Kadiv. Humas Irjen Pol Edward Aritonang waktu itu. Hal itu kemudian dibantah oleh ustadz Abu Bakar Ba’asyir di persidangan.
Namun setelah menjalani persidangan di PN Jakarta Selatan, tetap saja ustadz Abu Bakar Ba’asyir divonis zalim dengan 15 tahun penjara dan kini menjalani masa tahanan di LP Batu Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
...Kalau tidak diadakan diskusi, musyawarah, pembicaraan kemudian langsung dituduh, divonis itu tidak bisa, itu namanya fitnah. Adakanlah dialog, apa sih keinginan ustadz Ba’asyir?
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarto mengungkapkan bahwa seharusnya pemerintah mengajak dialog ustadz Ba’asyir bukan langsung menuduh dan memvonis.
“Kalau tidak diadakan diskusi, musyawarah, pembicaraan kemudian langsung dituduh, divonis itu tidak bisa, itu namanya fitnah. Adakanlah dialog, apa sih keinginan ustadz Ba’asyir? Kalau dia memperjuangkan kepentingan umat, kepentingan rakyat, kepentingan pembebasan Palestina dari penjajahan itu kan baik, itu bukan teroris,” ujarnya kepada voa-islam.com, Kamis (22/11/2012).
Ia menambahkan jika sikap pemerintah tidak fair karena tidak memberikan kesempatan pada ustadz Ba’asyir untuk menyampaikan penjelasan.
“Ini kok kemungkinan menurut saya begini ya; pemerintah tidak memberikan suatu kesempatan kepada ustadz Ba’asyir untuk memberikan penjelasan dengan baik, langsung dicap saja. Menurut saya ini tidak fair, kalau memang ada kesalahan di dalam cara-caranya mbok diluruskan, niatnya kan bagus,”ungkapnya.
...pemerintah tidak memberikan suatu kesempatan kepada ustadz Ba’asyir untuk memberikan penjelasan dengan baik, langsung dicap saja. Menurut saya ini tidak fair
Isu terorisme menurut Tyasno Sudarto memang sengaja dibuat pemerintah Amerika Serikat. “Isu itu disebarkan untuk menjadi jalan pendekat Amerika, agar bisa menguasai daerah itu,” ucapnya.
Selain itu, isu terorisme merupakan bagian dari perang persepsi yang akhirnya orang akan menilai Islam identik dengan teroris.
“Jadi hati-hati dengan isu terorisme ini karena isu ini dihembuskan, ini adalah perang persepsi. Bahwa terorisme itu kejahatan, terorisme itu membunuh semaunya tetapi kemudian disimpangkan bahwa teroris itu pejuang Islam. ini orang terbawa, akhirnya masyarakat menilai bahwa Islam itu identik dengan teroris,” jelasnya.
Namun, saat ditanyakan perihal Densus 88 dan BNPT apakah kedua lembaga tersebut juga ditunggangi Amerika untuk menghembuskan isu terorisme, mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI itu justu menjawab tidak tahu.
“Kalau itu saya tidak tahu persis, saya tidak berkewengan untuk menilai instansi itu,” tuturnya. [Ahmed Widad]