SOLO (voa-islam.com) – Dr. Amir Mahmud, M.Ag. S.Sos.I yang menjadi pemateri dalam kajian dan bedah buku “Tadzkiroh Bagian II Ustadz Abu Bakar Ba’asyir” di masjid Baitul Makmur Solo Baru, Sukoharjo pada Ahad (25/11/2012) melihat bahwa apa yang sering ustadz Abu bakar Ba’asyir suarakan untuk mengajak umat agar kembali kepada syari’at Islam langkah kongkritnya pada tahap awal adalah melalui wadah jamaah.
“Berkenaan dengan perjuangan yang beliau selalu gembar-gemborkan dan dia angkat suara itu (penegakkan syari’ah islam-red), persoalannya itu adalah dia tidak menjadikan negara itu sebagai tujuan. Tetapi dia jadikan bagaiamana itu sebagai wasilah. Maka untuk mencapai kesana dia harus memberikan upaya bahwa solusi utama adalah hidup berjama’ah,” ungkapnya.
Pengamat pergerakan Islam ini juga menyampaikan sedikit fakta dan bukti tentang bagaimana sebetulnya konsep bernegara menurut Ustadz Abu yang sesuai dengan syari’at Islam.
“Jadi bahwa apa yang ditulis dalam buku beliau, ‘Tadzkiroh’ (edisi, red.) satu maupun dua adalah sesuatu perhatian dari dia dalam melihat fenomena kehidupan harokah, dalam fenomena beragama, dalam kehidupan sosial dan bernegara, dia merujuk segalanya kepada Islam,” tuturnya.
...Jadi dengan pemahaman berjama’ah itu, dia akan bisa memahami bagaiamana hidup bernegara itu sesuai syari’at islam. Karena berjama’ah ini kan sebuah miniatur kecil didalam hidup bernegara
Ustadz Amir Mahmud pun menilai bahwa apa yang diperjuangkan ustadz Abu Bakar Ba’asyir dalam penerapan konsep berjamaah menuju penegakan syariat Islam adalah nyata.
“Jadi menurut saya, bahwa kerja itu real dan dia tidak main-main. Itu fakta, bahwa dia itu punya pekerjaan, punya amaliyah, punya sesuatu hal yang harus dia kerjakan kepada umat. Jadi dia tidak hanya gembar-gembor saja,” tambahnya
Lebih lanjut, dosen yang juga mengajar materi kuliah dan berbagai seminar tentang pemikiran dan kebudayaan Islam di berbagai universitas ini menegaskan jika konsep berjamaah yang diterapkan oleh ustadz Abu Bakar Ba’asyir adalah miniatur sebuah tata negara.
“Dan yang saya ketahui, konsep beliau itu adalah konsep berjama’ah. Dan konsep berjama’ah itu jangan dimaknai hanya dalam lingkup kecil saja yakni berorganisasi. Jadi dengan pemahaman berjama’ah itu, dia akan bisa memahami bagaiamana hidup bernegara itu sesuai syari’at islam. Karena berjama’ah ini kan sebuah miniatur kecil didalam hidup bernegara. Dan memang dalam kehidupan bernegera itu menggunakan sistem berjama’ah itu. Karena jama’ah itu kan pengertiannya luas, dan kalau kita bicara Al-Jama’ah berarti konsepnya sudah konsep Khilafah, pada tataran nantinya,” jelasnya.
...Dari dulu itu dia lurus, tidak pernah berpindah-pindah pemikiran, dia itu lurus dan tidak ragu-ragu.
Terakhir, dosen yang merampungkan tesis doktornya pada tahun 2008 dengan judul “Pesantren dan Pergerakan Islam; Studi Kasus Alumni Pondok Pesantren Ngruki Sukoharjo dan Fundamentalisme” itu dari dulu hingga sekarang, pemikiran Ustadz Abu tersebut tidak pernah goyang, luntur, dan sirna meskipun ujian datang silih berganti menghampiri dirinya.
“Ya, dia itu pelaku. Dari dulu itu dia lurus, tidak pernah berpindah-pindah pemikiran, dia itu lurus dan tidak ragu-ragu. Dia itu selalu berjuang dan tidak pernah dia itu ngomong kemudian dia tinggalkan dan tidak pernah dia praktekkan. Dia itu lurus dan istiqomah dengan apa yag dia katakan,” tandasnya. (Bekti/VOA)