POSO (voa-islam.com) – Pasca peristiwa pembantaian Kholid, seorang aktivis Islam warga Poso oleh Densus 88 sebulan lalu, kini kepolisian Polres Poso mencoba melakukan pendekatan kepada masyarakat.
Bentrokan antara Polisi dengan masyarakat Muslim Poso sebulan lalu rupanya telah menimbulkan kebencian yang mendalam terhadap institusi Polri utamanya Densus 88.
Khawatir permusuhan masyarakat Muslim Poso akan semakin meningkat, maka Kapolres Poso AKBP Eko Santoso mengambil inisiatif untuk melakukan dialog dengan masyarakat.
Usai shalat Jum’at (30/11/2012) di Masjid Al-Muhajirin desa Kayamanya Kota Poso, digelarlah dialog antara masyarakat muslim Poso dengan Pihak Polres Poso.
Dalam kesempatan tersebut Kapolres Poso AKBP Eko Santoso mengimbau masyarakat Muslim jika melihat atau mengetahui keberadaan DPO Santoso alias Abu Wardah agar melaporkannya kepada Polisi.
Dalam sesi tanya jawab seorang warga dengan lantang menggugat kinerja Densus 88 yang sangat arogan. “Apakah tidak ada kordinasi antara Densus 88 dengan pihak Polres Poso dalam penanganan kasus di Poso?” ujarnya dengan nada tinggi.
Kapolres Poso pun mengakui bahwa tidak ada koordinasi antara pihak Polres dengan Densus 88 dalam menangani kasus terduga teroris di Poso.
Mendengar jawaban itu, Muhammad Nur, kakak kandung Kholid tidak mau terima. “Mengapa adik saya Kholid ditembak mati, padahal dalam penangkapan tidak ada perlawanan sama sekali?”
Mendapatkan pertanyaan yang menohok instansinya, Kapolres tidak berkutik. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan dari Kakak kandung Kholid tersebut.
Suasana semakin panas, warga yang lainnya menyampaikan ungkapan yang sangat pedas dengan menyebut Densus 88 sebagai antek Amerika dan kaki tangan Yahudi. ”Densus 88 itu antek Amerika dan Yahudi!” kecamnya.
Menanggapi kritikan yang sangat pedas tersebut AKBP Eko Santoso hanya berkilah bahwa ia tidak tahu akan hal tersebut sebab dirinya hanya seorang bawahan yang melaksanakan perintah.
Acara pertemuan antara Kapolres Poso beserta jajarannya dengan warga Muslim Poso itu pun ditanggapi sinis oleh warga karena tidak puas dengan pertemuan tersebut. “Itu bukan dialog karena sebagian besar pertanyaan warga tidak bisa dijawab oleh Kapolres,” ujar Farhan, peserta dialog kepada voa-islam.
Pertemuan pun diakhiri dengan makan bersama. Tapi sebagian dari warga memilih pulang dan tidak sudi menyentuh nasi kotak dengan menu ayam yang disediakan oleh pihak Kepolisian. [AF]