View Full Version
Kamis, 06 Dec 2012

Mengerikan! Penularan HIV/AIDS Tersebar ke Berbagai Daerah Indonesia

JAKARTA (VoA-Islam) - Belum lama ini di Cianjur, seorang bernama AY meninggal di RSUD Cianjur. AY merupakan narapidana kasus human trafficking yang mengidap penyakit HIV/AIDS stadium tiga. AY merupakan narapidana titipan Pengadilan Negeri Cianjur. AY sempat menjalani dua kali persidangan. Namun menjelang persidangan ketiganya, AY menghembuskan nafas terakhir.

Di Bogor, selama tahun 2012 penularan penyakit HIV/AIDS kian menghawatirkan. Penyebarannya tidak lagi melalui pecandu narkoba dan mereka yang memiliki kebiasaan melakukan seks bebas, namun dari 210 penderita HIV/AIDS ternyata 105 orang di antaranya ibu rumah tangga dan 58 balita dan 18 anak di antaranya telah meninggal dunia. Yang dapat dideteksi Dinas Kesehatan sekitar 11 bulan terakhir tahun 2012, terdapat  20 anak kini mendapat terapi obat antiretroviral (ARV).

Dalam kurun enam tahun terakhir penderita HIV/AIDS mencapai 1.542 orang. Data yang ada di Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Daerah (KPAD) Kota Bogor, jumlah penderita dari kalangan perempuan diperkirakan meningkat hingga tahun 2014 sampai 28 persen (134 orang penderita baru).

Hasil pendataan di lapangan terdapat sekitar 18.000 laki-laki “hidung belang” dan menjadi pelanggan Pekerja Sek Komersial (PSK), dan perempuan yang terancam menjadi penderita penyakit HIV/AIDS mencapai 12.881 orang.

Perhitungan itu dilakukan melihat jumlah PSK yang mencapai 1.038 orang, 338 orang sehari-hari di tempat prostitusi, 699 melakukan transaksi melalui Online, termasuk 603 pria berprilaku sek menyimpang.

Belum lagi pria penyuka sesama jenis (gay) yang jumlahnya mencapai 6.224 orang, dan sekarang yang menjadi warga binaan sebanyak 2.224 orang. Ketua Forum Konselor KPAD Kota Bogor, Yusniar, mengatakan akibat perbuatan suami di luar rumah, istri dan anaknya menjadi korban keganasan penyakit HIV/AIDS yang hingga kini belum ada obatnya tersebut.

Kepala Bidang Penanggulangan Pencegahan Penyakit Kesehatan Lingkungan (P3KL) Dinas Kesehatan Kota Bogor, dr Edi Dharma, Senin (3/12), mengakui setiap tahun jumlah penderita HIV/AIDS bertambah dan tahun ini naik 26 persen. Korban adalah ibu rumah tangga yang notabene menjadi pelayan suami di rumah dan balitanya.

Di Semarang, seluruh kecamatan (16 kecamatan) di Kota itu terdapat kasus HIV/AIDS. Sebagian daerah pada 2012 terjadi kenaikan kasus dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di Kecamatan Gajahmungkur misalnya. Pada 2011, terdapat empat kasus. Jumlahnya meningkat menjadi enam kasus pada 2012.

Selain itu, Kecamatan Semarang Tengah yang sebelumnya tiga kasus menjadi lima kasus pada 2012. Peningkatan kasus tersebut, karena semakin banyak masyarakat yang mulai berani berkonsultasi yang kemudian terdeteksi.

AIDS di Surabaya

Sementara itu di Surabaya, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Surabaya mencatat sekitar 62,7 persen pengidap HIV/AIDS di Kota Pahlawan itu kini didominasi usia produktif (20-39 tahun) dimana dari jumlah itu 89 persen penyebabnya adalah akibat perilaku seks bebas.

Mengacu data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, jumlah temuan kasus HIV/AIDS pada tahun 2011 sebanyak 811 kasus. Sekitar 20 persen dari jumlah tersebut atau lebih tepatnya 161 di antaranya adalah pekerja seks komersial (PSK). Jika dikalkulasi dari tahun 2007 hingga 2011 tercatat sebanyak 5.576 kasus HIV/AIDS terjadi di Surabaya. Angka tersebut belum termasuk tahun 2012, hingga triwulan pertama sudah 287 orang dinyatakan positif mengidap virus yang menyerang sistem imun atau kekebalan tubuh ini.

Ketua Pelaksana KPA Surabaya, Bambang Dwi Hartono, 89 persen penularan HIV/AIDS di Surabaya akibat hubungan seks itu kini sudah menggeser penasun (pengguna narkoba suntik) yang sebelumnya mendominasi. “Terjadi pergeseran cara penularan, lima sampai enam tahun lalu didominasi penasun, kini hubungan seks menempati urutan pertama penularan HIV/AIDS,” ujar Bambang yang juga Wakil Wali Kota Surabaya ini.

Yang lebih memprihatinkan, dari keseluruhan temuan kasus HIV/AIDS di Surabaya itu tercatat 62,7 persen di antaranya tergolong usia produktif, yakni 20 sampai 39 tahun. Karena itu, pemerintah dan KPA  mengajak semua pihak untuk berperan aktif, termasuk aparat kepolisian, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.

Untuk menghindari penularan HIV/AIDS di Surabaya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, selasa lalu, resmi menutup 22 wisma atau tempat bekerja para pekerja seks komersial (PSK) di Lokalisasi Tambakasri Kota Surabaya. Saat penutupan yang dipimpin langsung oleh walikota, diserta dengan memasang pelat bertulisan Rumah Tangga di salah satu wisma di Lokalisasi Tambakasri. Pemasangan itu sebagai simbol bahwa 22 wisma resmi beralih fungsi menjadi rumah tempat tinggal keluarga.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya Supomo menjelaskan, puluhan mantan PSK setempat telah memutuskan berhenti dari profesinya yang lama. Sebanyak 23 orang di antaranya dipulangkan ke daerah asalnya.  Saat ini di wilayah Morokrembangan masih terdata 368 PSK serta 92 wisma yang masih aktif. Namun, dalam waktu dekat seluruh wisma di Tambakasri bakal ditutup.

Sebelum ditutup, para PSK sudah dibekali berbagai macam pelatihan keterampilan seperti tata boga, tata rias, dan kerajinan tangan. Selain itu juga mendapatkan bantuan modal sebesar Rp 3 juta dari Pemprov Jatim guna membantu memulai usaha yang baru di daerah asalnya. Desastian/dbs


latestnews

View Full Version