JAKARTA (voa-islam.com) - Pernyataan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar dalam Kongres Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) XVII dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) XVI, yang menuding ROHIS penghasil kader radikal dan culun terus menuai kecaman.
"Siswa-siswi SMA kita kini tidak kenal NU, kenalnya Rohis, yang hasilnya radikal dan culun-culun itu. Oleh karena itu mari kita benahi pendidikan, modalnya adalah percaya diri. Kalau tidak percaya diri jangan pernah ngaku jadi anak buah KH. Hasyim Ashari dan Gus Dur yang kokoh dan berani," kata Muhaimin di Asrama Haji Palembang, Minggu (2/12/2012).
Padahal, menurut Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, selama ini ROHIS tak pernah terbukti memberi kontribusi negatif.
“ROHIS tidak pernah menyodorkan fakta dan data (tidak pernah terbukti) memberikan kontribusi negatif untuk pertumbuhan anak didik di Indonesia. Dan Muhaimin terlihat ngibul dan bicara hanya berdasarkan opini dan propaganda,” ujarnya kepada voa-islam.com, melalui pesan singkat, Kamis (6/11/2012).
Oleh sebab itu ia mendesak Muhaimin meminta maaf atas pernyataannya tersebut dan tidak bersembunyi di balik nama besar NU.
“Muhamimin harus minta maaf dengan terbuka, tidak perlu arogan bersembunyi di ‘ketiak’ kebesaran organisasasi NU dan merasa menjadi pahlawan NU karena pernyataannya adalah demi eksistensi NU,”tegasnya.
Harits juga menyatakan bahwa umat Islam saat ini makin cerdas dan bisa menilai siapa yang culun.
“Umat Islam makin cerdas bisa menilai siapa yang cerdas dan siapa sesungguhnya yang culun. Moga umat selalu siaga pada tiap makar yang melecehkan atau mendiskriditkan Islam,” tandasnya. [Ahmed Widad]