View Full Version
Ahad, 30 Dec 2012

Kembali Difitnah, JAT Bantah Anggotanya Terlibat Aksi Teror di Poso

JAKARTA (voa-islam.com) - Terkait pernyataan  Kadiv. Humas Mabes Polri, Irjen Pol Suhardi Aliyus, yang menyebut bahwa Densus 88  menangkap dua anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT)  berinisial S dan R karena diduga terlibat pembunuhan dua polisi di Dusun Tamanjeka pada 16 Oktober 2012, Direktur JAT Media Center (JMC), ustadz Son Hadi membantah keras tuduhan tersebut.

Ia menyatakan bahwa dua orang tersebut bukan anggota JAT, namun dari informasi yang dihimpun pihak JAT bahwa salah seorang diantaranya ditangkap seusai sholat Zhuhur di masjid.

Dari peristiwa itu, ustadz Son Hadi menyakini adanya upaya sistematis yang memaksakan kehendak untuk mengkriminalisasi JAT dengan skenario  bahwa pelaku yang terlibat pembunuhan polisi di Tamanjeka harus anggota JAT.

Kesimpulan tersebut, terlihat dari pihak aparat sendiri dalam menyikapi kasus Poso. Diantaranya pernyataan Kepala BIN sehari setelah ditemukan mayat 2 polisi di Tamanjeka Poso (Selasa, 16 Oktober 2012) kepala BIN jelas menyebut bahwa pelaku adalah JAT.

...Teror terhadap simpatisan JAT di Poso berbarengan dengan penyisiran polisi  di lokasi latihan militer Tamanjeka

Selanjutnya, ustadz Son Hadi menyatakan bahwa sebelumnya simpatisan JAT di Poso mendapatkan terror dari aparat.

“Teror terhadap simpatisan JAT di Poso berbarengan dengan penyisiran polisi  di lokasi latihan militer Tamanjeka. Mereka diteror dengan ancaman akan ditangkap atau ditembak karena mereka adalah simpatisan JAT sehingga mereka tidak berani keluar rumah untuk cari nafkah bahkan Sdr. Latif (salah satu dari 2 orang yang ditangkap Densus 88) sendiri sempat diintrogasi di rumah beliau oleh lima  anggota Densus Polda Sulteng pada akhir Oktober lalu terkait dengan keterlibatan aktifitas beliau di JAT,” ungkap ustadz Son Hadi dalam rilis resmi JAT, yang diterima redaksi voa-islam.com, Ahad (30/12/2012).

Selain itu, ia menduga adanya rekayasa kasus oleh aparat dengan mengirim setiap orang yang ditangkap di Poso ke Jakarta.

“Seluruh terduga ‘teroris’ poso selalu di bawa ke Jakarta jauh dari TKP (Poso). Ini adalah upaya memutus mata rantai TKP yang menjadi unsur terpenting dalam penyidikan sehingga hal ini patut diduga sebagai rekayasa kasus untuk menyempurnakan skenario mereka yang berujung pada kriminalisasi JAT sebagaimana kasus Aceh yang sukses mengkriminalisasi ustadz Abu Bakar Ba’asyir,” jelasnya. [Ahmed Widad]


latestnews

View Full Version