View Full Version
Jum'at, 18 Jan 2013

Apa Jadinya Jika Jantung Ibu Kota Jakarta Masih Lumpuh Karena Banjir?

Jakarta (VoA-Islam) – Jangan anggap enteng dengan banjir di Jakarta, meski menurut BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) belum dikatakan puncaknya. Yang pasti, banyak pengusaha mulai menghitung-hitug kerugian akibat Jakarta lumpuh karena  banjir.

Seperti diketahui, banjir yang kian meluas di hampir seluruh wilayah DKI Jakarta sejak Kamis (17/1) pagi melumpuhkan berbagai aktivitas warga dan pemerintahan, mulai kegiatan bisnis, sosial, politik, hingga kenegaraan.

Jalan protokol Ibu Kota seperti Thamrin-Sudirman dan jalur utama bisnis sejak pagi kemarin tergenang air antara 50-100 sentimeter (cm). Kerugian akibat lumpuhnya kegiatan ekonomi di Jakarta diperkirakan sekitar 1,5 miliar miliar rupiah per jam.

Mentri Perindustrian MS Hidayat segera bertemu pelaku industri pekan ini. Pertemuan tersebut akan membahas kerugian yang terjadi akibat tingginya intensitas hujan hari ini. Dunia usaha, menurutnya, tetap beroperasi seperti biasa. Meskipun beberapa kawasan industri terhalang kemacetan lalu lintas. "Belum ada yang terkena banjir sehingga sentra produksinya macet," ujarnya Kamis, (17/01). 

Menperin berharap banjir tidak menyentuh sentra produksi. Banjir sejauh ini telah menyebabkan terhambatnya alur distribusi. Jika tidak segera diatasi, khawatir mengganggu kontrak-kontrak yang sedang berjalan. Cuaca ekstrem menurutnya akan mendorong terjadinya lonjakan harga. Sementara ini belum ada keluhan dari pengusaha real estate terkait dampak banjir.

Kerugian Capai Milyaran

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang. Menurut dia, akumulasi kerugian bisa mencapai 1 miliar–1,5 miliar per jam. Kegiatan pebisnis terganggu antara lain karena terhambatnya distribusi barang dan aktivitas logistik, tersendatnya transaksi keuangan dan bisnis, tersendatnya proses produksi, dan aktivitas kantor yang terhenti karena karyawan tidak masuk kerja, serta kerusakan infrastruktur.

Bisnis ritel Indonesia misalnya, mengaku mengalami kerugian sebesar Rp460 miliar akibat banjir yang melanda DKI Jakarta dalam beberapa waktu terakhir. "Distribusi yang terhambat akibat banjir Jakarta mengakibatkan kerugian sebesar Rp. 460 miliar," kata Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Satria Hamid Ahmadi,  Kamis (17/1/2013).

Satria mengatakan, nilai kerugian akibat banjir yang melanda Jakarta tersebut sebesar 30 persen dari total kerugian distribusi untuk seluruh wilayah Indonesia. "Untuk kerugian akibat hambatan distribusi secara nasional sekitar Rp1,2 triliun, karena bencana bukan hanya terjadi di Jakarta," jelas Satria.

Kerugian tersebut, lanjut Satria, akibat dari para pemasok mengalami kesulitan akses untuk mengirimkan produk-produknya, terutama untuk produk sayuran dan buah.

Berdasarkan data dari Aprindo, pasokan buah dan sayur selama satu hari sebanyak lebih dari 467.000 ton, dan akibat cuaca ekstrim dan bencana banjir di beberapa daerah selama beberapa hari itu, pasokan menurun menjadi sekitar 396 ribu ton per hari.

"Pasokan berkurang sebesar 10% sampai 15%, atau kapasitas hilang kurang lebih 70.000  ton per hari, selain cuaca buruk dan bencana banjir hal tersebut juga akibat dari infrastruktur yang kurang memadai," ujar Satria.

Satria menjelaskan, beberapa bencana seperti longsor di Sumatra juga menjadi salah satu penyebab meruginya bisnis ritel tersebut, dan perhitungan kerugian itu bukan hanya terhitung sejak Kamis (17/1/2013) saja.

Satria menambahkan, akibat adanya banjir Jakarta itu, pendistribusian barang dari satu ke tempat lain yang biasanya hanya memakan waktu tiga hari, kali ini harus memakan waktu enam hari. "Untuk pendistribusian saat normal diperlukan waktu tiga hari, akibat banjir ini menjadi enam hari, dan itu yang membuat biaya melonjak dan bisnis ritel mengalami kerugian," kata Satria. (desastian/dbs)


latestnews

View Full Version