SURABAYA (voa-islam.com) - "Bubarkan Densus 88 karena banyak melakukan extra judicial killing (pembunuhan tanpa melalui mekanisme pengadilan) dan bela korban terduga terorisme yang terzalimi," demikian kesimpulan pada Halqah Islam dan Peradaban yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia DPD Jawa Timur seperti disampaikan oleh Achmad Michdan dari Tim Pembela Muslim (TPM).
Talk Show dengan tema "Demokrasi biang Terorisme, Khilafah Solusinya" di hall Mina Pondok Asrama Haji Surabaya itu dihadiri oleh kurang lebih 600 peserta dari berbagai kalangan dan tokoh se Jawa Timur.
Antusiasme peserta talk show direpresentasikan dengan banyaknya pertanyaan yang berkembang menanyakan kejanggalan-kejanggalan di setiap kejadian terorisme. Baik di level dunia semisal kejanggalan tragedi WTC 9/11 yang digunakan sebagai legitimasi AS untuk menginvasi Irak dan Afghanistan. Termasuk di Indonesia yang jelas-jelas menunjukkan bahwa banyaknya peristiwa terorisme adalah "by design" dan sarat intervensi asing.
GWOT (Global War On Terrorism) pada hakekatnya Global War On Islam. Barat yang direpresentasikan oleh AS dan sekutu-kutunya menyeret Indonesia melalui Pemerintah RI dengan Densus 88 dan BNPT ke dalam WOT (War On Terrorism) sebut "War On Islam" dan menjadikan rakyatnya sendiri (mayoritas muslim) sebagai sasaran proyek.
Forum sepakat untuk memberikan advokasi terhadap saudara muslim yang menjadi korban dugaan terorisme terutama keluarga korban di tengah upaya perjuangan penegakkan syariah khilafah sebagai pengganti dari Demokrasi yang telah melahirkan banyak tindakan terorisme oleh negara dan diperkuat oleh undang-undang atau aturan produk legislatif yang berpihak pada asing.
Selain Achmad Michdan dari TPM hadir juga Mohammad Ismail Yusanto selaku Jubir Hizbut Tahrir Indonesia dan Harun Musa sebagai Ketua Hizbut Tahrir Indonesia DPD Jawa Timur. [LS Jatim]