JAKARTA (voa-islam.com) – Saat ini, umat Islam sedang menghadapi perang pemikiran. Setiap aspirasi yang datang dari umat islam agar negeri ini bersyariah, selalu ditentang kaum sekuler dengan alasan Indonesia adalah negara Pancasila, bukan negara Islam.
“Itu omong kosong, kalau memang ini negara Pancasila, pantas saja, banyak melahirkan koruptor-koruptor, dari kelas teri hingga kelas kakap,” kata Sekjen Forum Umat Islam (FUI) KH.Muhammad Al Khaththath dalam bedak buku “Wawasan Kebangsaan Menuju NKRI Bersyariah” di Jakarta.
Menurut al Khaththath, Pancasila tidak bisa dipisahkan dari Piagam Jakarta atau sebaliknya. Maka disebut Pancasila Piagam Jakarta. “Sangat disesalkan jika Bung Hatta merubah kata muqaddimah menjadi pembukaan. Bagi Hatta, kata Muqaddimah seperti ke Arab-araban, maka harus diubah. Kalau gitu ganti saja Muhammad Hatta menjadi Martono,” ujar Al Khaththath guyon.
Dikatakan Al Khaththath, semua pemimpin di negeri ini telah berkhianat pada Pancasila, dari mulai Presiden Soekarno, Soeharto, Habibi, Gus Dur, Megawati, hingga SBY. “Jika pemimpin negara ini konsisten dengan Pancasila, dia akan meyakini tuhan yang maha esa itu adalah Allah, dan menegakkan syariat Islam.”
Sangat ironis, Partai Islam yang memiliki jargon “bersih dan peduli, malah terlibat korupsi. Itu partai Islam, apalagi yang bukan partai Islam. “Hanya belum ketangkep saja. Lihatlah, Al Quran saja dikorupsi,” ujarnya.
Kata Al Khaththath, Indonesia bukanlah negara demokrasi, tapi negara musyawarah. Sistem demokrasi adalah sistemnya orang barat. Jika kita menuruti orang kafir, maka kita akan benar-benar musyrik. [desastian]