View Full Version
Rabu, 13 Feb 2013

Yes, Pelajar SMA di Klaten Tolak Keburukan Valentine's Day

KLATEN (voa-islam.com) – Menyadari akan keburukan Valentine’s Day, pelajar siswa-siswi SMAN 1 Karanganom, Klaten, Jawa Tengah, tidak akan mengisi hari kasih sayang itu dengan hura-hura, melainkan kegiatan kerja bakti dan mengadakan seminar sehari seputar mudharat Valentine’s Day.

Entah kenapa, tradisi, valentine’s day identik dengan pesta seks, miras dan hura-hura. Bahkan tak sedikit anak muda yang sibuk berbelanja, seperti membeli kue, coklat, boneka dan pernak-pernik lainnya. Untuk mengetahui keburukan Valentine’s Day, para pelajar dan pihak sekolah mengadakan Traning Motivation dengan tema “Say No To Valentine’s Day” pada hari Ahad pagi (10/2/2013) di SMA N 1 Karanganom, Klaten, Jawa Tengah.

Hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut, Ustadz Bekti -- wartawan Voa-Islam.Com biro Solo dan Fatan Fantastik, seorang traner motivasi dari Yogyakarta. Para pembicara ini menjelaskan kepada para pelajar tentang keburukan Valentine’s Day yang sesungguhnya.

Dalam pemaparannya, Fatan Fantastik memberikan motivasi dan mengarahkan para pelajar dan kawula muda untuk beraktivitas positif dari sekedar membuang-buang waktu dan menghambur-hamburkan uang untuk berfoya-foya, yang tidak sesuai kebutuhan.

Selain itu, Fatan juga menganjurkan kepada para pelajar memfokuskan dirinya untuk melakukan apa yang sedang dijalani saat ini, seperti fokus belajar dan mengembangkan potensi diri agar tidak terjerumus dan ikut-ikutan oleh perilaku yang tidak baik. Menurutnya, masih banyak hal positif dan terarah yang bisa dilakukan oleh kawula muda menjelang dan disaat tanggal 14 Februari dari sekedar membeli coklat, dan melakukan aktivitas yang tidak jelas.

Sedangkan Bekti dalam makalahnya yang berjudul “Say No To Valentine’s Day – Antara Kasih Sayang Semu dan Propaganda Media Penipu” menjelaskan secara singkat tentang definisi kasih sayang, sejarah, kesalahan dan kemaksiatan Valentine’s Day, propaganda media serta permainan pengusaha dalam perayaan hari kasih sayang tersebut.

Dalam surat Al Qashash (28) ayat 77, diperintahkan oleh Allah untuk berkasih sayang kepada orang lain. Dan didalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Rasulullah saw. bersabda, “Man laa yarhaminnaasa laa yarhamhullaah”. Barang siapa tidak menyayangi manusia, maka Allah tidak akan menyayanginya. Ini menunjukkan bahwa kasih sayang itu ada dalam Islam. Jadi mengungkapkan kasih sayang itu tidak hanya dilakukan pada moment 14 Februari saja. Inilah yang harus kita fahami bersama” ucap Bekti.

Lebih lanjut Bekti menambahkan, bahwa kasih sayang itu tidak hanya diberikan kepada pasangannya saja, namun secara universal, makna kasih sayang itu harus diberikan kepada seluruh umat manusia. “Yang dimaksud dengan kasih dan sayang di sini bukan sekadar hubungan cinta atau asmara antara seorang laiki-laki dan perempuan saja. Namun lebih bersifat universal. Seperti menyayangi sahabat, saudara, keluarga dan lain-lain,” jelasnya.

Jika kasih sayang diberikan kepada pasangannya saja, apalagi jika pasangannya tersebut bukanlah pasangan sahnya secara hukum maupun secara syari’at islam, maka yang terjadi adalah perzinaan dimana-mana. “Jika kita lihat realita, perayaan Valentine’s Day sekarang ini, definisi kasih sayang itu hanya diartikan dalam lingkup  kecil, yang berimbas pada praktek perzinaan. Dalam semangat Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting, layaknya suami dan istri (di luar nikah) di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Ini keliru.”

Bekti melanjutkan, media yang harusnya menjadi sarana edukasi dan pencerahan bagi masyarakat, utamanya kawula muda tidak bisa menempatkan posisinya dengan baik dan benar. Media, menurutnya, hanya menayangkan berita, sesuai siapa yang membayarnya dengan melakukan provokasi-provokasi tayangan kearah yang tidak baik dan cenderung mengikuti kepentingan pengusaha.

“Sayangnya, media yang diharapkan menjadi pencerah dan mengarahkan masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik, tidak bisa memegang peranan ini. Namun dengan makin menjamurnya dan bermunculannya media-media islam, seperti Voa-Islam.Com yang kami kelola bersama teman-teman, mampu sedikit menjelaskan apa itu Valentine’s Day yang sebenarnya. Jadi disini emang media juga turut andil besar dalam pola pokir dan tata cara kehidupan masyarakat,” paparnya.

Dibalik Valentine’s Day adalah adanya kepentingan pengusaha. Misalnya, kenapa Valentine selalu identik dengan coklat, boneka dan pernak-pernik lainnya? Kenapa simbol Valentine itu identik dengan warna pink? “Kenapa waktu Valentine itu, kita tidak ngasih pasangan kita kue bolu kukus misalnya atau gethuk saja? Lho getuk itukan juga enak. Nah, disinilah kepentingan pengusaha memanfaatkan moment ini. Maka kita lebih baik tidak usah merayakan Valentine’s Day yang hanya membuang-buang waktu kita saja” pungkasnya.

Sementara itu, pihak sekolah yang diwakili oleh Pak Wahyu mengatakan, seminar ini sebetulnya rutin diadakan setiap dua pekan sekali. Namun karena hari minggu ini bertepatan menjelang perayaan Valentine’s Day, maka ada siswa yang mengusulkan untuk mengadakan acara training tersebut dan kemudian disambut hangat oleh pihak sekolah. “Kami berharap, para pelajar lebih terbuka wawasannya, terutama soal keburukan Valentine’ Day itu,” kata Pak Wahyu, guru yang yang mengajar Pendidikan Agama Islam.  [Bekti]

 

 

 

 

 


latestnews

View Full Version