JAKARTA (voa-islam.com) – Kasus korupsi yang menimpa tokoh PKS adalah manusiawi. Mengingat dia manusia, bukan nabi, juga bukan malaikat. Boleh jadi, ilmunya tidak mampu mengokohkan imannya. Banyak orang yang sedikit ilmunya, tapi imannya kuat, atau ilmunya banyak, namun imannya lemah, sehingga tergoda oleh harta, tahta dan wanita.
“Bagaimanapun PKS adalah partai Islam. Masih bisa diperbaiki. Tinggal bagaimana kesungguhan kader PKS untuk berbenah diri. Sedangkan kita yang non PKS, hendaknya tidak mencaci maki saudara kita yang menderita, setidaknya memberi simpati atau diam, tidak latah mencaci maki partainya,” demikian dikatakan Pimpinan Ponpes Al Husnayain KH. Ahmad Cholil Ridwan kepada voa-islam di markaz FPI Jakarta belum lama ini.
KH. Cholil pun tetap mengakui, bahwa PKS termasuk hizbullah. Karena itu ia tidak ingin mencaci saudaranya yang tertimpa musibah. “Yang keluar dari mulut orang beriman hendaknya yang baik-baik saja, atau diam. Namun, sebagai orang beriman, kita wajib menasihati bila terjadi penyimpangan. Datangi saja kantor PKS, bila ada yang perlu dinasihati.”
Bagaimana kalau tidak mau dikritik? “Kalau tidak mau dikritik, setidaknya kita sudah menyampaikan, dan kewajiban kita sudah slesai. Itulah sebabnya, dibutuhkan kesadaran umat akan pentingnya ukhuwah dan persaudaraan islam. Kalau kita tidak bisa menyatukan partai islam, paling tidak menyatukan suara umat islam dalam pemilihan kepala daerah (pilkada), Pilgub atau Pilpres.
“Kalau pemilu kan untuk memilih partai, tapi kalau pilkada, pildem, pilgub, dan pilpres itu umat Islam harus memberikan suaranya. Inilah yang harus direbut umat Islam. Porsi politik di tingkat grass root tak kalah penting.”
KH. Cholil memberi saran agar ada “Gerakan Ustadz Memberi”, semacaman blusukan. Kita datangi umat islam di tempat-tempat kumuh, kolong-kolong jembatan, lalu berikan tausyiah dan bantuan ekonomi. “Umat islam harus ngerti politik, karena politik itu bagian dari islam. Bila ada Pilpres, haram suara umat islam memilih calon presiden yang bukan islam.
Kembali Ke Jatidiri PK
KH. Cholil Ridwan mengharapkan, untuk kebaikan PKS kedepan, hendaknya PKS kembali pada jatidiri PK. “Yang kembali bukan namanya menjadi PK, tapi jatidirinya, ketika awal PK berdiri. Dulu sampai ada istilah jenggot PK atau jilbab PK. Tak dipungkiri, PKS sudah menyimpang dari PK. “
Bukan mustahil, jika PKS melakukan rekonsiliasi dengan ustadz-ustadz yang pernah dipecat atau mengundurkan diri dari PK/PKS. KH. Cholil menyebut nama, tokoh PK seperti Ustadz Daud Rasyid, Mashadi, Fathuddi Jafar, Tizar Zein, Ichsan Tanjung, Didin Hafiduddin, tokoh PK ini harus diajak rujuk. “Semua ini bergantung pada kemauan politik PKS, mau bangkit kembali sebagai partai islam atau tidak?”
Terpenting, PKS harus mengedepankan gaya hidup sederhana. Ingat! Hancurnya islam di Andalusia dikarenakan hidup dalam kemewahan. Keberhasilan khulafaurrasyidin dimulai dari masjid, termasuk berjihad. “Karena itu PKS harus kembali pada pola kepemimpinan khulafaurrasyidin, yang menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan. Bukan malah di hotel-hotel berbintang,” ungkap KH. Cholil.
Dikatakan Kiai, kita tidak boleh meniru gaya orang sekuler. Pemimpin PKS jangan menerapkan hidup mewah, selama rakyatnya masih miskin. “Kader PKS itu banyak yang susah. Alangkah baik, jika dana itu tersalurkan untuk perjuangan dakwah.”
KH. Cholil jujur mengatakan, “Jiwa saya itu PK, dulu PK itu partai saya, dan Hilmi itu adik kelas saya. Bahkan saya pernah ditawari menjadi anggota DPR tahun 98, setelah saya keluar dari PBB.”
Diharapkan, perlu dibangun komunikasi politik antara PKS dengan gerakan Islam yang ada. Jadikan PKS itu bagian dari umat islam. Jika tidak ada kemauan politik, maka tidak akan ada perubahan.
Ketika ditanya, 2014 nanti, kemana suara umat islam akan digiring? “Kalau saya sih akan pilih PPP, karena PPP tidak eksklusif. Sedangkan PKS itu eksklusif. Untuk menjadi pengurus, dewan syuro atau dewan pakar misalnya, tidak mudah, perlu tarbiyah, dan jadi mursyid serta murabbi terlebih dulu.
Kenapa ke PPP? Bukankah PPP sama-sama pragmatis. “Bagaimanapun PPP adalah partai islam, pragmatis itu bagaimana pemimpinnya.” Ditanya, 2014 nanti menurut survei, partai Islam bakal jeblok suaranya. KH. Cholil menampik, itu kerjaan LSM sekuler. Survei yang mereka lakukan adalah bentuk perang opini dan sikap anti islam.
“Umat islam tidak boleh frustasi. Niat kita berpolitik adalah dalam rangka ibadah dan jihad. Umat islam hendaknya jangan golput. Kalau golput, sama saja membela musuh. Silahkan tidak suka dengan partai, tapi ketika moment Pilpres atau Pilkada umat islam hendaknya sedekahkan suaranya untuk memilih partai islam atau tokoh islam.
Bila Salafi dan Ikhwanul Muslimin di Mesir saja bisa bersatu, kenapa kita tidak. Kita tahu, Ikhwanul Muslimin dianggap partai terlarang, tapi sekarang menjadi penguasa. "Seharusnya, salafi mendukung PPP dong,” kata Kiai Cholil serius. [desastian]