SOLO (voa-islam.com) – Ustadz Abu Rusydan berpesan kepada kaum muslimin yang ingin terjun ke kancah politik, agar betul-betul memantapkan niatnya dalam berpolitik, semata-mata untuk menegakkan kalimat Allah dan menerapkan syari’at Islam.“Hendaklah bukan inisiatif pribadi-pribadi. Tapi berada dalam suatu jama’ah yang bercita-cita untuk menegakkan syariat Islam,” ujarnya kepada voa-islam di Masjid Al Hidayah Perumahan Klodran Indah, Banyuanyar, Surakarta.
Para politisi dari partai yang mengusung ideologi islam, seperti PPP atau PKS, yang berdakwah lewat parlemen dalam sistem demokrasi, hendaknya tidak diniatkan untuk mengejar dunia dan memperkaya diri. Sebab faktanya, tak sedikit politisi muslim sebelum masuk ke sistem demokrasi, diniatkan untuk berdakwah, tapi begitu masuk sistem, malah melenceng bahkan menjadi futur .
“Pengalaman selama ini menunjukkan, mereka yang coba-coba masuk ke dalam sistem demokrasi, awalnya bertahan dengan idealisnya, tapi begitu masuk sistem malah berbalik menjadi mad’u (sasaran dakwah),” ujar Abu Rusydan.
Da’i asal kota Kretek, Kudus ini mengingatkan, hendaklah orang-orang yang sudah masuk kancah politik alam demokrasi agar intropeksi atau muhasabah diri. Keterlibatannya dalam sistem demokrasi, apakah sudah betul-betul diniatkan untuk berdakwah demi tegaknya syari’at Allah atau tidak.
Berdasarkan pengamatan Ustadz Abu Rusydan, partai yang awalnya mengusung ideologi dakwah, dalam perjalanannya malah kehilangan arah perjuangan dan terbawa arus partai-partai sekularis, nasionalis, sosialis dan kapitalis, sehingga ikut-ikutan menjadi partai yang korup.
Awalnya membentuk hizbud-dakwah, namun dalam perjalanannya malah menjadi hizbur-rosywah, atau hizbus syaiton. Ketika partai dakwah melakukan praktik suap atau disuap, maka tidak bisa dikatakan sebagai partai dakwah lagi. Lama-lama akan bertambah lagi, yang berguguran di medan dakwah.
Ust Abu Rusydan mengingatkan, para petinggi partai yang mengusung ideologi islam atau dakwah seyogianya melakukan kajian kritis terhadap apa yang telah dilakukannya selama ini. Sebab, mereka masuk dalam kancah politik yang sistemnya bukan diadopsi dari sistem politik Islam. Ditambah lagi, mereka tidak menguasai medan peta perpolitikan tersebut.“Kita masuk dalam sebuah sistem yang tidak kita kuasai,” tegasnya. [Bekti/des]