SOLO (Voa-Islam.Com) – Suhu panas jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 mulai terasa. Satu-per satu, kader partai politik tertangkap basah melakukan praktik suap dan korup. Termasuk partai yang mengusung slogan “bersih, peduli, dan profesional’.Kasus karupsi impor daging sapi yang menyeret mantan anggota DPR RI dan Presiden Partai Keadilan Sejatera (PKS) Luthfi Hasan Ishaq (LHI) – kini ditetapkan sebagai tersangka -- membuat gempar dunia perpolitikan dijagat Indonesia.
Melihat fenomena itu, Ustadz Abu Rusydan menilai kasus itu sebagai peringatan bagi mereka.“Kita boleh membicarakan hal ini sebagai tadzkirah atau peringatan, sekaligus nashihat kepada temen-temen di partai Islam, seperti PKS dan PPP. Tetapi, jangan sampai tadzkirah kita di blow up sedemikian rupa, sehingga membuat orang-orang kafir yang melihat itu menjadi senang,” tandas Abu Rusydan.
Dia menambahkan, dari pihak PKS juga harus mau menerima kritikan, masukan dan nasehat yang datang dari luar partai. Terlebih bagi para kadernya. “Petinggi atau kader yang ada di partai itu jangan kemudian menanggapi pemberitaan itu sebagai sebuah serangan atau pelemahan semangat, biasa saja menanggapinya, kalau memang tidak bersalah. Dan anggap saja sebagai tadzkiroh,” jelasnya.
“Berpolitik dalam konsep islam itu siyaasatud-dunya bid-dien, (mengatur dunia dengan agama Allah). Jadi kalau orang Islam mau berpolitik secara kolektif, harus mendirikan sebuah jama’ah untuk iqomatuddin, untuk menerapkan syariat Islam dan tidak ada yang lain,” tegasnya.
Dari itu, Ustadz Abu Rusydan menegaskan, bila ada orang islam yang mau berpolitik, tidak harus masuk dalam sistem demokrasi. Di luar sistem demokrasi, umat islam juga masih bisa melakukan aktivitas perpolitikan.
Ikuti saja Al Qur’an dan As Sunah,pasti tidak akan tersesat selama-lamanya.“Jadi berpolitik dalam Islam itu juga ada aturan dan tatacaranya, tidak perlu mengikuti arus yang ada. Jadi kalau ada orang yang mengatakan bahwa demokrasi itu musyawarah, taruhlah seperti itu. Tapi persoalannya, jika dikatakan suara rakyat suara Tuhan (yang di agung-agungkan oleh demokrasi) maka itu kesyirikan yang luar biasa dan nyata,” pungkasnya. [Bekti/des]