View Full Version
Senin, 04 Mar 2013

Gerakan Separatis yang Ingin Memerdekan Diri di Papua, Jelas Teroris

JAKARTA (voa-islam.com) – Meski delapan anggota TNI dan beberapa warga sipil ditembak oleh gerombolan Organisasi Papua Merdeka (OPM), mereka tidak disebut sebagai teroris, tapi hanya gerakan separatis. Anehmya, konflik yang terjadi di Papua disebut sebagai peristiwa biasa menjelang Pilkada.

“Ini bukan terkait Pilkada. Persoalannya juga bukan pada TNI tidak mampu. Persoalannya adalah TNI seolah tidak sedang menghadapi kelompok terorisme, tapi hanya gerakan separatis. Seharusnya, ketika TNI membutuhkan bantuan, Densus 88 bisa diperbantukan, mengingat pengalamannya selama ini dianggap sukses menangani kasus terorisme di Tanag Air, meski belum diketahui identitasnya.  Sementara di Papua, sudah jelas betul identitas pelaku penembakan.

Demikian ditegaskan Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) Mustofa B. Nahrawardaya kepada voa-islam di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, belum lama ini.

Lalu, kenapa tidak diturunkan saja Densus 88 ke Papua? “Ini hukum perang, OPM dianggap  gerakan separatis, bukan teroris. Padahal yang berniat mendirikan negara dan memerdekan diri, sesungguhnya dia teroris juga. Apalagi meneror masyarakat dan aparat. Saya kira istilah teroris sudah basi. Persoalannya adalah apakah aparat TNI yang kurang pintar atau Densusnya yang lebih pintar. Anda bisa analisa sendiri.

Mustofa curiga, keahlian gerakan teroris di Papua yang menembak mati aparat, telah dilatih oleh pihak tertentu. Ini harus diusut tuntas. Saya juga tidak tahu, apakah ada upaya untuk membenturkan polisi dengan TNI untuk kepentingan Papua merdeka. [desastian]


latestnews

View Full Version