PALEMBANG (voa-islam.com) - Polisi betul-betul arogan dan sok berkuasa, gara-gara pelanggaran lalu lintas, polisi main tembak. Yang ditembak bukan anggota masyarakat, tapi anggota TNI. Adalah Pratu Heru tewas diterjang peluru oleh anggota polisi dari Satuan Lalu Lintas Polres OKU, karena diduga melakukan pelanggaran lalu lintas.
Atas penembakan itu, tentu saja, rekannya sesama anggota TNI dari Yonarmed 15, tidak terima dengan arogansi dan tindakan koboi oknum Polantas tersebut. Sebagai bentuk aksi balas dendam, diserbulah Markas Polres Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, Kamis (7/3) pagi, dan dibakar hingga ludes. Kejadian itu terjadi sekitar pukul 07.30. Tentara yang mengamuk itu juga merusak mobil polisi, dua pos polisi, dan subsektor setempat. Sekitar 90 anggota TNI itu datang dengan sepeda motor dan truk.
Meski peristiwa penembakan tersebut terjadi sekitar sebulan lalu, namun ketegangan kembali mencuat karena adanya kabar akan ada aksi balas dendam.Warga Baturaja Gustin Moeslimi Singajuru (41) mengatakan, ketegangan itu terlihat dari semakin berkurangnya aktivitas kepolisian di Baturaja. Tak ada apel polisi sejak penembakan itu, pos-pos polisi terlihat sepi. Anggota polisi yang saya kenal juga lebih banyak mengenakan baju preman dan tak membawa kartu anggota.
Menengok ke belakang, ada 28 Januari lalu, seorang anggota TNI Yon Armed Martapura, Prajurit Satu Heru Oktavianus (23) tewas tertembak oleh anggota kepolisian lalu lintas Kepolisian Sektor Baturaja, Brigadir BW. Penembakan yang terjadi tengah malam itu dipicu oleh cekcok mulut. Menyusul kejadian itu, Brigadir BW telah ditangkap.
Insiden penyerangan Markas Kepolisian Resor Ogan Komering Ulu (OKU), Baturaja, Sumatera Selatan, oleh puluhan anggota TNI menyebabkan empat orang terluka, salah satunya Kepala Polsek Martapura AKP Riduan yang saat ini masih kritis karena luka tusuk.
Kepala Polsek Martapura diduga dikeroyok oleh puluhan oknum TNI yang datang menggunakan motor dan membawa sangkur. Peristiwa itu terjadi di luar Polres OKU. Kapolsek langsung dilarikan ke Palembang untuk penanganan intensif. Sementara korban lainnya masih dalam pendataan. Dua di antaranya anggota Polres OKU dan seorang lagi kabarnya petugas kebersihan.
Kabarnya, tentara berseragam loreng hijau itu hendak mempertanyakan kasus tewasnya anggota TNI oleh anggota Polres OKU pada 27 Januari lalu. Namun, diduga tidak mendapat jawaban yang memuaskan, massa tentara akhirnya bertindak anarkis dan membakar gedung Polres. Saat ini, jajaran TNI dan Polri telah diturunkan ke lokasi untuk melakukan penyelidikan dan pengamanan lebih lanjut.
Juga dikabarkan, enam belas tahanan Polres Ogan Komering Ulu (OKU), Kota Baturaja, Sumatera Selatan, melarikan diri ketika puluhan anggota TNI membakar kantor polisi tersebut, Kamis (7/3/2013). "Ada beberapa tahanan yang lepas. Ada 16 orang. Sisanya sementara dititipkan," ujar Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Suhardi Alius, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis. Enam tahanan yang tersisa dititipkan di Koramil setempat, sementara aktivitas layanan masyarakat untuk sementara dilimpahkan ke polsek terdekat.
Kabar terakhir, kondisi daerah Baturaja di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan cukup mencekam. Saat ini banyak mahasiswa takut ke kampus karena khawatir menjadi sasaran amukan oknum anggota TNI.
Begitu juga sebagian besar toko, terutama di pasar dekat terminal lama, juga tutup. Akibatnya, banyak warga kota yang mendapat kesulitan mendapatkan bahan-bahan makanan dan sejumlah keperluan lain.
Warga berharap kondisi keamanan dan ketertiban di Kota Baturaja dan Kabupaten OKU secara keseluruhan normal kembali, sehingga semua aktivitas bisa berjalan dengan aman, lancar, dan keselamatan jiwa warga terjamin. Saat ini, satu peleton TNI dari Kodim 0403 diturunkan untuk mengamankan Polres OKU.
Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq meminta agar Polri dan TNI membentuk tim pencari fakta bersama untuk menyelidiki kasus pembakaran Polres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, oleh sekelompok anggota TNI. Menurut Mahfudz, pembakaran ini adalah tindakan kriminal murni.
"Saya sangat menyesalkan terjadinya bentrok antara aparat polisi dengan prajurit TNI yang mengakibatkan terbakarnya kantor polisi. Saya desak Mabes Polri dan Mabes TNI segera ambil langkah cepat dan tegas serta bentuk tim gabungan pencari fakta," ujar Mahfudz di Jakarta, Kamis (7/3/2013).
Kasus itu, lanjutnya, jangan dibiarkan berlarut dan harus segera ditemukan pangkal sebab serta tindakan hukumnya. "Aksi ini adalah tindakan kriminal yang libatkan oknum kedua belah pihak. Yang penting fakta harus segera diselidiki bersama dan diambil tindakan hukum tegas," kata dia. Desastian/dbs