SOLO (voa-islam.com) –Direktur Institut for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi mengatakan, konflik yang terjadi di Suriah bukanlah peperangan untuk memperebutkan sebuah wilayah atau minyak. Bukan pula konflik antara pemerintah melawan rakyat. Peperangan di Suriah adalah perang ideologi, antara Sunni dan Syiah.
“Di Suriah, terjadi pertempuran antara Sunni dan Syi’ah. Disana itu telah terjadi pembantaian yang dilakukan oleh Rezim Bashar Assad terhadap Muslim Sunni. Bashar itu Syi’ah Nushoiriyyah, lebih sesat dan kafir daripada Syi’ah (yang aslinya -red),” tegasnya.
Menurut Gus Hamid – sapaan akrabnya- apa yang dilakukan pemerintah Iran di Suriah dengan merupakan bentuk pembelaanya kepada sesama kalangan berfaham Syi’ah dan mengamankan kepentingannya di Suriah. Lebih dari itu, pemerintah Iran secara tegas mendukung rezim Syi’ah Bashar Assad yang meneror dan membantai umat Islam Sunni di Suriah dengan mengirimkan bantuan senjata dan tentaranya untuk mengamankan pemerintahan Bashar.
“Di Suriah inikan pimpinannya Syi’ah. Sebenarnya yang terjadi di Suriah adalah, Bashar dengan Syi’ahnya berhadapan dengan rakyatnya yang mayoritas sunni. Dan orang-orang Hizbullah (Libanon -red) itu dan pemerintah Iran diam-diam membantu Bashar. Dan tidak hanya Syi’ah di Libanon dan Iran, Syi’ah dimana-mana sekarang juga turun membantu pemerintah Bashar,” jelasnya.
Sangat disayangkan, banyak masyarakat awam, khususnya umat Islam di Indonesia, bahkan dunia menganggap negara Iran yang mayoritas berfaham Syi’ah disebut sebagai “pahlawan”. Anggapan tersebut tak lain karena sikap pemerintah Iran yang terlihat begitu “garang” dalam menentang setiap kebijakan-kebijakan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terhadap dunia muslim.
Dan yang “membutakan” mata umat islam Indonesia dan masyarakat dunia muslim tentang siapa sejatinya pemerintah Iran yang kelihatannya membela kaum muslimin di Palestina setiap kali bumi Al Quds diserang oleh Zionis Israel. Bahkan dengan bantuan media massanya, Iran menggembar gemborkan akan menyerang dan siap bertempur dengan AS.
Namun disaat yang bersamaan, ketika rakyat Suri’ah yang mayoritas berfaham ahlu sunah atau Sunni, diteror, disiksa, diperkosa para wanitanya, dibantai anak-anak dan para orang tuanya oleh penguasa rezim Syi’ah Alawit Nushoiriyyah Bashar Al-Assad, pemerintah Iran diam seribu bahasa. Bahkan sebaliknya, Iran menuduh AS dan para pejuang Suri’ah yang menyebabkan terjadinya kekacauan di salah satu bumi Syam tersebut.
Ketua Majelis Ulama dan Intelektual Muda Indonesia (MIUMI) itu juga menilai pembelaan pemerintah Iran terhadap Palestina hanya permainan politik, retorika semata, sandiwara dan “gertak sambal” terhadap AS. “Itu hanya retorika dan politik semata. Selama ini tidak ada bantuan untuk rakyat Palestine. Yang sangat membantu Palestine itu adalah Jordan dan Saudi serta negara-negara Islam lainnya. [Bekti]