JAKARTA (voa-islam.com) - Sejak isu kudeta berhembus begitu kencang, terlihat kegalauan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan keluarganya dari hari ke hari. Dimulai dari curahan hatinya di media massa hingga mengundang para mantan jenderal dan sejumlah pimpinan ormas Islam.
Seperti diberitakan media massa, isu kudeta menghantui Presiden SBY di saat masa kepemimpinannya kurang dari dua tahun lagi. Aksi demo besar-besaran pada 25 Maret mendatang disebut-sebut akan menggulingkan presiden dan menggantikan dengan pemerintahan transisi.
Menariknya, demo yang diklaim akan bergerak di 17 provinsi dengan Jakarta sebagai pusatnya akan mengusung lima tuntutan. Mantan anggota DPR dari PKB Effendi Choirie mengungkapkan lima tuntutan yang diberi nama Panca Tuntutan Rakyat (Pantura) itu berisi nasionalisasi tambang migas, turunkan harga, hentikan liberalisasi impor, selesaikan kasus korupsi yang melibatkan Istana, dan hentikan konflik SARA dan adili pelanggaran HAM.
Di tahun 2013 Presiden SBY digoyang dengan 'Pantura', sedangkan Presiden Soekarno digoyang dengan aksi mahasiswa yang menyuarakan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Tritura berisi bubarkan PKI beserta ormas-ormasnya, perombakan kabinet Dwikora, dan turunkan harga dan perbaiki sandang-pangan.
Rentetan Kegalauan
Kegalauan SBY itu sudah terasa ketika berhebus bocornya dokumen pajak keluarga Cikeas. Sejak isu itu ditiup, SBY menunjukkan kepatuhannya di depan media, seraya menyerahkan berkas pajaknya. SBY berharap kebocoran pajak keluarganya tidak terjadi lagi. Selain itu, dia memerintahkan Direktorat Jenderal Pajak harus segera merespon dan mengklarifikasi sesegera mungkin agar tidak mencemarkan nama baik.
Kegelisahan SBY juga terlihat ketika ia mengundang tujuh purnawirawan jenderal di kantor kepresidenan dua hari lalu, Rabu (13/3). Tujuh purnawirawan jenderal yang datang temui SBY, adalah Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan, Jenderal (Purn) Subagyo HS, Jenderal (Purn) Fachrul Razi, Letjen (Purn) Agus Widjojo, Letjen (Purn) Johny Josephus Lumintang, Letjen (Purn) Sumardi, dan Letjen (Purn) Suaidi Marasabessy. Pertemuan tersebut membahas dinamika politik, ekonomi, hukum dan keamanan nasional saat ini.
Sebelumnya, Presiden SBY bertemu dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto di Kantor Presiden pada Senin (11/3). Meski tak menjelaskan secara detail apa yang dibahas dengan SBY, Prabowo tak menampik jika Gerindra dapat berkoalisi dengan Demokrat.
Tak lama kemudian, SBY mengundang para pemimpin redaksi media nasional ke Istana Negara. Pertemuan ini pun terbuka dan bisa diliput oleh semua wartawan. Bahkan SBY menjuluki para pemred dengan julukan 'mahawartawan'. SBY pun membantah pertemuan ini adalah pertemuan untuk mempengaruhi media dalam pemberitaan. Dirinya menegaskan akan menerima semua kritik dari masyarakat yang disampaikan melalui media.
Kegalauan SBY bertambah-tambah, lalu mengundang Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj dan 12 Ormas Islam lainnya ke kantor presiden.Ormas-ormas Islam itu tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI).
Curhat SBY
Untuk pertama kalinya, Presiden SBY tampil bersama keluarga dalam acara wawancara di sebuah stasiun televisi swasta. Acara bertajuk 'SBY dan Keluarga Bicara' itu dinilai awal dari kegenitan sang presiden di media jelang akhir-akhir masa jabatannya di 2014.
SBY dinilai ingin meninggalkan kenangan indah akan diri dan keluarga. SBY tidak ingin publik mengenalnya sebagai presiden yang tidak berprestasi. Apalagi jelang berakhirnya SBY sebagai RI-1, isu dan gosip miring tentang Cikeas terus bermunculan di publik melalui media. Kasus pajak, kasus dugaan pemberian uang untuk Ibas bahkan dugaan ambisi keluarga untuk mengambil alih kendali Partai Demokrat dan lain-lain menjadi bulan-bulanan isu yang dicerna masyarakat lewat media. Melalui media pulalah SBY ingin menangkis tuduhan itu.
SBY akan semakin narsis dan narsis dengan muncul di berbagai media. SBY akan men-setting di setiap kesempatan agar menjadi media darling. Sebelumnya, SBY mengajak seluruh pejabat dan peserta partai politik untuk segera bersiap-siap menghadapi tingginya eskalasi politik. "Insya Allah, dengan pertolongan Tuhan, kita bisa kelola sebagaimana yang kita lakukan di waktu yang lalu," tandasnya.
Selain itu, ada hal lain yang diwaspadai oleh presiden. Salah satunya adalah isu kudeta menjelang pemilu. Isu ini hangat diperbincangkan di media dengan berbagai narasumber. "Pelaku-pelakunya kebetulan yang sedang menjadi pembicaraan hangat di arena politik sekarang ini bukan atau tidak sama dengan pelaku politik untuk pemilu tahun depan. Dan hal begini sangat bisa akan terjadi sampai pemilu 2014 mendatang selesai," keluh SBY. [Desastian/dbs]