JAKARTA (voa-islam.com) – Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2014, partai politik (parpol) peserta pemilu sering menghiasi layar kaca televisi maupun pemberitaan media cetak dan online terkait konflik internal yang mendera parpol maupun kasus hukum yang menjerat para kader dan pimpinannya.
Setidaknya, sebanyak 25 % pemberitaan tersebut berisi tentang konflik internal. Sementara kasus hukum yang menjerat kader dan pimpinan parpol sebanyak 22 %. Angka ini berbanding terbalik dengan kegiatan parpol yang hanya 12 %, kinerja partai 4 % dan kebijakan politik 19 %.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute, Hanta Yuda AR saat menyampaikan rilis hasil riset media monitoring yang dilakukan oleh Pol-Tracking Institute. Riset ini sendiri dilakukan dalam periode Februari-Maret 2013. Menurut Hanta, parpol yang paling banyak dikutip dan diberitakan media adalah Partai Demokrat (59,4 %), PKS (15,9 %), dan Hanura (4,8 %).
“Pemberitaan konflik untuk Partai Demokrat dan PKS tertinggi. Demokrat sebanyak 59,4 % dan PKS 15,9 %,” katanya kepada para wartawan saat jumpa pers di Bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (14/4/2013).
Untuk Partai Demokrat Hanta mengatakan, tingginya pemberitaaan tentang parpol berlambang segitiga Mercy ini diakibatkan karena munculnya polemik internal partai setelah pernyataan mundur Anas Urbaningrum dari jabatan Ketua Umum.
“Eskalasinya terus naik hingga akhirnya DPP Partai Demokrat diambil alih oleh SBY. Kemudian penetapan tersangka Anas (oleh KPK -red) dan penyelenggaraan KLB pada akhir Maret lalu. Sekuen politik ini terus memanas sejak awal Februari dan tidak jarang menjadi headline pemberitaan,” bebernya.
Sedangkan pemberitaan tentang PKS, lanjut Hanta, begitu mencuat dan bombastis setelah mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaq (LHI) ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK pada akhir Januari 2013 terkait kasus suap impor daging sapi. “Eskalasi pemberitaan negatif tentang PKS selama Februari terus berdatangan terkait kasus suap daging sapi yang menjerat mantan Presiden partai tersebut,” tandasnya.
Penelitian Pol-Tracking Institute ini dilakukan untuk melihat trend pemberitaan parpol dan tokoh politik di media. Penelitian sendiri dilakukan menggunakan metode purposive sampling pada 15 media cetak, online maupun televisi.
Polling ini menggunakan penyeleksian media berdasarkan cakupan wilayah (media nasional), rating online, berita di TV, serta kepemilikan medianya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengumpulkan dan menganalisa (content analysist) serta analisis sosiopolitik mengenai pemberitaan (critical discourse analysist) terkait tema berita partai politik dan calon presiden. [Bekti/dbs]