JAKARTA (voa-islam.com) - Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si. menduga ada skenario untuk memfungsikan Densus 88 dengan menjadikan wilayah dimana sebelumnya terjadi konflik yang melibatkan umat Islam seperti Poso untuk dikaitkan dengan kasus terorisme.
Ia juga menyoroti, bahwa Densus 88 dibuat sejak bom Bali I dimana angka 88 diambil dari banyaknya korban warga Australia pada waktu itu.
“Di Indonesia sejak peristiwa bom Bali I dibentuk Den 88, yang Den 88 itu dari namanya kita sudah melihat, bahwa konon angka 88 itu bersumber dari banyaknya korban orang Australia. Kemudian Den 88 memperoleh pelatihan dari Amerika dan Australia,” kata Slamet Effendy Yusuf saat menjadi pembicara Diskusi Publik soal terorisme di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (11/4/2013).
...bahwa konon angka 88 itu bersumber dari banyaknya korban orang Australia. Kemudian Den 88 memperoleh pelatihan dari Amerika dan Australia
Tempat-tempat yang sebelumnya pernah terjadi konflik SARA antara Islam-Kristen seperti di Poso maupun Ambon kerap dikaitkan dengan terorisme. Hal ini menurut Slamet, seolah untuk memfungsikan adanya Densus 88 sebagai Satgas Anti Teror.
“Ada penganggapan pusat-pusat konflik yang melibatkan umat Islam itu juga dikatakan sebagai peristiwa yang ada kaitannya dengan terorisme. Seperti pak Adnan katakan tadi, kita semua tahu apa yang terjadi di Poso dan sekitarnya, sampai daerah Tentena,” jelasnya.
Seperti pernyataan Komnas HAM beberapa waktu lalu, seharusnya daerah yang pernah terjadi konflik tak bisa dikaitkan dengan terorisme dan harus dipandang sebagai konflik, sebab kedua pihak antara Islam dan Kristen pada waktu itu sama-sama bisa membuat bom dan menguasai senjata api. Namun, anehnya hanya pihak Islam saja yang dituding terlibat kasus terorisme.
...pusat-pusat konflik yang melibatkan umat Islam itu juga dikatakan sebagai peristiwa yang ada kaitannya dengan terorisme.
Saat menjadi anggota DPR RI dari Fraksi Golkar pun Slamet Effendy Yusuf pernah mempertanyakan mengapa hal itu terjadi.
“Waktu saya di Komisi I juga sudah saya tanyakan kenapa tiba-tiba teman-teman Muslim di Tentena atau yang sudah lari ke selatan Poso yang lain sebagainya, kenapa dijuluki sebagai kekuatan teroris?” tanyanya.
...kenapa tiba-tiba teman-teman Muslim di Tentena atau yang sudah lari ke selatan Poso yang lain sebagainya, kenapa dijuluki sebagai kekuatan teroris?
Ia menambahkan, adanya akar terorisme itu bukan tanpa sebab, menurutnya operasi Densus 88 yang dipublikasikan secara vulgar di televisi, seperti penyergapan di Temanggung maupun Solo beberapa tahun silam menjadi pemicu dendam.
“Sehingga saudara-saudara sekalian yang sekarang disebut teroris itu dengan (menyasar, red.) obyek-obyek kepolisian bukan lagi obyek orang asing hampir bisa dipastikan itu adalah karena dendam. Oleh karena menurut saya, terlalu vulgarnya yang disebut dengan Densus 88 itu mempublikasikan operasi-operasinya sedemikian rupa,” jelasnya.
Untuk itu, solusinya menurut Slamet adalah menghilangkan akar dendam itu di tengah masyarakat. “Terorisme bisa dihilangkan dengan meng-clear-kan seluruh persoalan-persoalan yang kemudian menjadi dendam di tengah masyarakat,” ujarnya. [Ahmed Widad]