JAKARTA (voa-islam.com) - Ajang seperti Miss World dan Miss Universe tak lebih sebagai ajang pamer aurat. Sisi lain dari ajang internasional ini adalah kepentingan bisnis, yang didalamnya melibatkan dunia fashion dan entertainment.
“Kita tahu bahwa dunia hiburan selalu mengandalkan perempuan sebagai komoditi utama. Kalau memang niatnya untuk memberi apresiasi kepada wanita-wanita berbakat di seluruh dunia, tentu tidak harus memamerkan paha dan sebagian dada wanita secara terbuka. Itu yang salah,” ungkap Ketua Muslimah Participant, Eka Shanty kepada voa-islam di Jakarta.
Sebenarnya apa kriteria penilaian juri terhadap peserta Miss World ? Menurut Eka Shanty, dalam dunia seperti itu, memang serupa ketika mencari model. Yang dicari adalah the most proporsional body, atau tubuh yang paling proporsional. Saat mencari model, tak bisa dihindari ada ukuran tubuh yang diperlukan.
“Sepengetahuan saya, ada beberapa UU di negara asing tentang Hak Asasi Manusia, terutama yang terkait dengan ajang dan pencari pekerjaan, lalu dihubungkan dengan isi badan kita. Misalnya saat melamar pekerjaan sebagai lawyer (pengacara). Saat melamar, ada syarat tertentu seperti mengukur tinggi dan lingkar badan seseorang. Di negara asing, hal seperti itu saja sudah dianggap sebagai pelecehan seksual,” tandasnya.
Oleh sebab itu, perlu ditanya, apa niat panitia penyelenggara ajang pencarian bakat, dengan mengukur tubuh wanita, apalagi di bagian yang paling sensistif dengan alasan mencari tubuh proporsional. Dengan demikian, ajang seperti ini sebenarnya bukan apresiasi mencari bakat, tapi untuk mencari tubuh yang proporsional untuk kemudian dijadikan komoditi, yang nantinya bisa dipakai untuk bintang iklan atau artis.
“Jika di negara asing, mengukur badan tertentu diangggap sebagai hal serius dan merupakan bentuk pelecehan seksual, karena urusan apa, antara prestasi, otak dengan tubuh wanita.”
Lebih lanjut dikatakan, sulit mencari orang tercantik di dunia. Yang menarik, ketika seorang model Guenet Patrow yang dinobatkan sebagai wanita tercantik se-dunia oleh Majalah People, dimana dalam penilaiannya itu tidak ada yang mengukur tubuhnya. Ia terpilih karena dinilai berhasil menjaga keseimbangan hidupnya, dan dianggap mampu mengoptimalkan antara karir, keluarga, dan self of development-nya.
“Karena itu, tidak perlu ada keharusan untuk mengapresiasi wanita dari tubuhnya, apalagi sampai harus mengukut aurat vitalnya. Selain itu, hendaknya hilangkan tradisi menampilkan diri di atas panggung dengan tampilan busana yang mengoploptasi keindahan tubuh wanita,”imbuh Eka. [desastian]