JAKARTA (voa-islam.com) – Siapa nyana, fashion menjadi bahasa yang diterima siapa saja, dan menjadi salah satu proganda yang dipakai berabad-abad lamanya sebagai proses perubahan sebuah kultur.
“Saya sangat percaya, jika fashion menjadi propaganda dan ditunggangi oleh Zionis Yahudi, yang ketika di era renaissance yang relative tertutup, dan dengan alasan kebebasan berkespresi, diciptakanlah rok mini. Padahal dulu di negeri Barat sekalipun, masyarakatnya telah menutup auratnya, tapi ketika ada peran Yahudi di belakangnya, fashion menjadi proganda yang sangat halus, tidak terlihat politis, tapi semua orang bisa menguikutinya,” kata Ketua World Muslimah, Eka Shanty kepada voa-islam, di Jakarta.
Dulu, kata Eka, tidak ada rok mini, tapi kemudian dengan dalih tren, anak-anak dan remaja di kampung-kampung, termasuk kaum ibunya, tanpa peduli cocok atau tidak, mereka kenakan pakaian mini.
Begitu juga dengan tato, dengan alasan artistic dan estetik, serta trend, akhirnya anak-anak kita ingin bertato. “Karenanya, bahaya fashion ini harus diwaspadai oleh para pemuka agama, mengingat ada propaganda yang disisipkan di dalamnya.”
Termasuk, lanjut Eka Shanty, fenomena yang terjadi dalam dunia hijab saat ini. Dulu di tahun 80-90an, hijab dianggap aneh. Tapi kini, tendensi hijab semakin tinggi, bahkan hijab community kian banyak bermunculan. Dalam perjalanannya, ternyata ada suatu degradasi atau pergeseran, dimana hijab bukan lagi wujud dari nilai-nilai ruhiah, tapi hanya sekedar akulturasi dari sifat mode, atau sekedar mode belaka. Fenomena ini sedang terjadi di Indonesia.
Muara dari liberalisasi fashion adalah upaya pendangkalan akidah. Ketika fashion menjadi alat proganda yang paling jitu, tanpa terasa ibu-ibu merelakan anaknya yang masih kecil untuk tampil sebagai model yang mengenakan pakaian seksi. “Jadi pendangkalan akidah melalui fashion sangat bisa.”
Eka Shanty mengaku banyak belajar dari Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Dikatakan, bahwa busana muslimah sekarang ini bukan menutup aurat tapi masih sebatas membalut aurat. Ada yang berhijab, tapi seksi. Tidak cukup mengatakan, lebih baik menutup aurat daripada tidak. Karenanya, sangat disayangkan jika muncul genre baru, berhijab tapi seksi. Tapi, saya yakin semua akan berproses untuk menuju hijab yang syar’i. [desastian]