JAKARTA (voa-islam.com) – The Sydney Morning Herald (SMH), sebuah situs online dari Australia menyebut organisasi dakwah Al Fatif Kaafah Nusantara (AFKN) pimpinan Ustadz Fadzlan Garamatan, sebagai organisasi Islam radikal. Sebuah sikap paranoid?
Dalam artikel berbahasa Inggris yang berjudul They're taking our children, Michael Bachelard yang bekerja sebagai koresponden Indonesia untuk The Sydney Morning Herald, menulis tentang anak-anak dan pemuda asal Papua Barat yang mendapat pendidikan di sekolah-sekolah agama Islam di Jawa.
Artikel yang ditulis pada tanggal 4 Mei 2013 itu, juga memuat foto anak-anak Papua seolah berada di balik jeruji penjara. Dalam caption foto itu tertulis: anak laki-laki Papua di Daarur Rasul Pesantren, di luar Jakarta, di belakang gerbang yang terkunci. (Foto: Michael Bachelard)
Michael menulis kisah Johanes Lokobal yang memiliki anak bernama Yope (14). Anaknya itu dibawa ke Jakarta oleh sebuah organisasi terorganisir untuk mendapatkan pendidikan gratis. Michael menyebut organisasi yang mengambil anak-anak Papua sebagai tindakan perampasan.
Koresponden itu juga merasa gerah dengan kenyataan bahwa keberadaan Islam di Papua itu lebih lama daripada Kristen. Michael bahkan mendapat kabar dari seorang pemimpin Kristen Benny Giay di Papua, yang mengatakan, "Mereka (anak-anak Papua) telah dicuci otak".
Michael lalu menyebut Al Fatih Kafah Nusantara (AFKN) sebagai salah satu organisasi Islam radikal. Bahkan menuduh AFKN menggunakan agama untuk tujuan politik. Wartawan koresponden lalu menunjukkan bukti: Pemimpin AFKN Fadzlan Garamatan telah membawa 2.200 anak dari Papua sebagai bagian dari program nasionalistik "Islamisasi".
“Dan hari ini, AFKN, yang terkait dengan premanisme, garis keras Front Pembela Islam (FPI), secara aktif mencari anak-anak untuk merekrut… AFKN didanai oleh zakat (sedekah Islam) disampaikan melalui lengan amal milik negara Bank BRI Indonesia,” tulis Michael.[desastian]