View Full Version
Rabu, 15 May 2013

Ada Profesi Intelijen Hitam: Sesama Intelijen Bisa Saling Bunuh

JAKARTA (voa-islam.com) - Banyak makelar yang berprofesi sebagai intelijen, atau sebaliknya. Juga ada intelijen yang berperan sebagai pengumpul dana untuk para janda terduga teroris. Setelah dana terkumpul, intelijen ditembak mati juga oleh sesama intelijen dengan alasan membantu “teroris”.

“Ada profesi seperti itu untuk menciptakan teror agar para penyumbang menjadi takut. Rekayasa pun dibuat intelijen, ternyata penerima uang dari donatur adalah intelijen hitam binaan aparat yang tiba-tiba mengaku-ngaku sebagai teroris, lalu ditembaklah. Kalau begini terus, fitnahnya tidak selesai. Ibaratnya seperti benang kusut,” kata pengamat teroris Mustofa Nahrawardaya kepada wartawan di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, belum lama ini (13/5).

Tentang apa yang diperbuat pemerintah (BNPT dan Densus) terhadap keluarga yang suaminya atau saudaranya dibunuh densus. “Seharusnya anggaran yang dikeluarkan (atas persetujuan DPR) untuk Densus dan BNPT digunakan untuk keluarga terduga teroris. Biaya hidup untuk keluarga terduga teroris yang ditembak mati itu kecil kok. Selanjutnya, bisa dicek lagi kepada pihak keluarga, apa betul sudah terima,” kata Mustofa.

Ketika ditanya mengenai proses hukum Densus yang melakukan pelanggaran HAM, Mustofa mengaku tidak melihat secara langsung Densus melakukan penyiksaan di depan mata. Tapi ia bisa mendengar saksi korban atau melalui video terkait penyiksaan yang dilakukan Densus. “Ada video yang mengabadikan penyiksaan yang dilakukan Densus. Video ini setidaknya menjadi bukti awal untuk mengatakan negara terlalu berlebihan dalam penanganan kasus terorisme. “Saya sudah mendengar 115 korban, ada foto dan pengakuan mereka. Tak lama lagi, akan diterbitkan buku sejak bom Marriot I,” jelasnya.

Mustofa meminta Ketua BNPT Ansyad Mbai agar segera sadar diri, karena tidak selamanya umat Islam akan difinah. Suatu ketika generasi yang akan datang akan mengetahui sepak terjang BNPT dan Densus 88, begitu mensearch Google. Artinya sepak terjang itu akan tercatat di Google. “Sejarah perjalanan Densus dan BNPT itu tidak akan bisa dihapus,” ujarnya. [desastian]


latestnews

View Full Version