SOLO (voa-islam.com) – Setelah Nuim Ba’asyir diculik Densus 88 dirumahnya pada Selasa (14/5/2013), sekitar pukul 17.00 WIB di daerah Joyotakan Rt 3 Rw 4 Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Ukasyah anak Nuim mengalami trauma, perilaku aneh dan gangguan psikologis.
Menurut Muhammad Fauzi Ba’asyir, adik kandung Nuim, keponakannya berperilaku aneh dan menderita ketakutan berat lantaran menyaksikan langsung ulah Densus 88 yang menculik Nuim dengan cara tak manusiawi. Bahkan, Ukasyah saat ini meminta untuk pindah rumah.
”Semenjak itu hingga hari ini, sang anak masih trauma jika mengingat kejadian dan teringat abinya. Ia memperlihatkan perilaku yang tidak biasa. Ia sering melempar, menendang apa saja yang ada didekatnya. Bahkan Ia juga meminta pindah rumah karena merasa sudah tidak nyaman lagi,” ujarnya kepada para wartawan, Rabu (15/5/2013).
Sementara itu, Humas Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), Endro Sudarsono yang ditunjukkan pihak keluarga untuk mendampingi proses hukum Nuim membeberkan bahwa kebrutalan dan kesadisan Densus 88 dalam menangkap seseorang yang diduga teroris sudah tak perlu diragukan lagi faktanya.
Menurutnya, tindak kekerasan Densus 88 saat menangkap terduga teroris acap kali membuat pihak keluarga, khususnya anak-anak menjadi korbannya juga. Untuk itu Endro meminta kepolisian mengevalusi kinerja Densus 88 agar tidak timbul aksi balas dendam.
”Penangkapan yang disertai dengan tindak kekerasan yang dilakukan Densus 88 selalu membuat Trauma kepada anak. Setidaknya itu terjadi berurutan pada anak Iwan di Kendal, anak Slamet Pilih dan anak Nuim di Solo. Untuk itu pendekatan yang lebih manusiawi, prosedural, profesional, tidak emosional mesti dikedepankan,” tandasnya. [Khalid Khalifah]