DEPOK (voa-islam.com) – Banyak orang melihat masa lalu seolah indah dan menyenangkan. Padahal di dalam dunia politik atmorfirnya selalu sama dulu dan sekarang. Yang namanya intrik politik akan selalu ada. Termasuk ketika tokoh Masyumi Mohammad Natsir bergabung ke PRRI Semesta di Sumatera. Ketika itu banyak tokoh Masyumi yang berdebat untuk menyikapi ihwal bergabungnya M. Natsir tersebut.
“Ketika itu terjadi perdebatan, dibahas sikap apa yang diambil DPP Masyumi terhadap Pak Natsir cs yang lari ke Sumatera. Sebagian tokoh Masyumi ketika itu memaki-maki juga. Bahkan ada sebuah buku yang isinya memaki-maki Pak Natsir dan Pak Kasman yang dituduh punya kolam renang, bioskop, dan peternakan babi. Bukan hanya itu, Pak Natsir dikatakan lebih pantas menjadi filosof daripada Perdana Menteri. Ternyata, Masyumi tidak seindah yang kita bayangkan hari ini, penuh juga dengan intrik,” kata Yusril dalam sebuah diskusi public di Kampus UI Depok.
Bahkan, kata Yusril, di masa sahabat Rasulullah, juga terjadi Perang Shiffin. “Dari situ, saya menilai, perdebatan dan perkelahian para politisi yang terjadi di masa lalu dan hari ini adalah dinamika yang tak bisa dihindari. Politisi juga manusia.”
Dahulu, ada tokoh yang berseberangan ideologi yang berdebat soal konsep berbangsa dan bernegara. Sehabis berdebat dan keluar parlemen, mereka bisa ngopi bareng, bahkan boncengan sepeda.
“Orang pikir saya dan Presiden SBY itu jaga jarak. Saya beritahukan, dalam dua bulan terakhir SBY bertemu dengan saya sebanyak tujuh kali, di Istana dua kali, di Cikeas lima kali. Dalam pertemuan itu, terjadi diskusi panjang, SBY bertanya, apa pendapat Yusril soal ini, kenapa bisa begini. Termasuk soal KPK dan lain-lain. Itu artinya, kita bisa beda pendapat, tapi secara pribadi saling menghormati. Meski saya kelihatannnya berseberangan dengan Pak SBY, tapi saya dua kali datang ketika Pak SBY mengundang saya menghadiri pernikahan anaknya,” kata Yusril. [desastian]