JAKARTA (voa-islam.com) – Dalam kurun 2012-2013, Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyatakan telah mengirim Tim Kemanusiaan guna membantu korban konflik horizontal Myanmar, baik di Myanmar maupun negara tujuan pengungsian. Krisis Myanmar belum usai. Salah satu mitra ACT, Myanmar Resources Foundation (MRF) hadir menyuarakan harmonisasi di Myanmar.
Demikian Press Release ACT kepada wartawan dalam Dialog Kemanusiaan”Bangun Harmonisasi di Myanmar” yang berlangsung di Menara 165, Jakarta. Hadir dalam dialog tersebut: Presiden ACT Ahyudin, Doddy CHP (Direktur Global Humanity Response ACT), dan Koko Lwim (MRF).
Dikatakan Ahyudin, tahap dukungan fisik yang terlaksana di Sitway, Rakhine State, Myanmar, baru berdiri 300 shelter dari rencana membangun 1.000 shelter (untuk 10.000 keluarga).
ACT menjelaskan tentang kendala untuk menghadirkan kedamaian dan kelayakan hidup manusia di Myanmar. Pada diolog tersebut, Ko Ko Lwim dari MRF mengatakan, saat ini perbatasan akses yang kembali menghadang bagi aksi-aksi kemanusiaan di Myanmar.”Perlu kebersamaan antarbangsa untuk bisa mengembalikan kedamaian antaretnik, antarumat beragama di Myanmar. Ini bisa didorong dengan kerjasama antarlembaga kemanusiaan,” kata Ko Ko.
Direktur Global Humanity Response ACT , Doddy CHP mengatakan, perlunya mengingatkan pemerintah Indonesia sebagai negara yang mulai merintis banyak investasi di Myanmar, agar menggunakan posisi tawarnya untuk mendorong Myanmar agar lebih aktif dan segera menyelesaikan konflik komunal yang terjadi.
“Indonesia bisa menjadi contoh sebagai negeri mayoritas berpenduduk Muslim yang toleran dimana Borobudur sebagai situs sejarah terbesar Budha tegak berdiri. LSM Budha Tzuchi, bahkan menjadi salah satu NGO terbesar di Indonesia. Dialog ini untuk mendorong agar perdamaian Myanmar terwujud,” kata Doddy. [desastian]