SOLO (voa-islam.com) – Dimanapun berada, korupsi pasti akan di musuhi. Tidak hanya di Indonesia, di beberapa negara lain pun sepakat akan hal itu. Korupsi yang sudah menjangkiti para pejabat baik masyarakat tingkat atas maupun bawah terang saja akan selalu dibenci.
Kerugian yang ditimbulkan akibat tindak korupsi pun tidak hanya berefek kepada negara, melainkan praktek korupsi tersebut juga berimbas bagi masyarakat semuanya. Korupsi yang begitu menjamur dan berjalan “langgeng” tentu saja tidak akan bisa berdiri sendiri.
...Hal itu (korupsi -red) tidak bisa subur dan menjamur tanpa ada penopangnya. Demokrasi Yahudi yang sekarang ini terjadi di Indonesia adalah salah satunya (penopangnya -red). Demokrasi itu perusak tatanan negara secara bersama-sama dan perampokan kekayaan negara dengan sistematis...
“Hal itu (korupsi -red) tidak bisa subur dan menjamur tanpa ada penopangnya. Demokrasi Yahudi yang sekarang ini terjadi di Indonesia adalah salah satunya (penopangnya -red). Demokrasi itu perusak tatanan negara secara bersama-sama dan perampokan kekayaan negara dengan sistematis,” kata Ustadz Khoirul RS kepada voa-islam.com hari Minggu (26/5/2103).
Menurutnya, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Demokrasi merupakan salah satu aspek penting yang melanggengkan adanya praktek korupsi. Ketua DPW FPI Solo ini mencontohkan, dalam pemilihan kepala daerah misalnya, paca calon pemimpin harus merogoh kocek dalam-dalam saat kampanye.
Mulai dari pembuatan spanduk, brosur, iklan di radio dan televisi, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja membutuhkan uang yang banyak. Sedangkan jika dihitung-hitung, jika dia terpilih, baik dari partai Nasionalis atau yang mengaku “partai Islamis” bisa dipastikan gajinya tiap bulan dan selama masa jabatannya tidak akan bisa “membalikkan modal” yang sudah dikeluarkan tersebut.
...Inilah sistematisnya kejahatan korupsi dan Demokrasi yang sama-sama bisa menghancurkan sebuah negeri...
“Kalau sudah seperti itu, dari mana dia bisa mengembalikan uang yang dulu dia pakai buat kampanye? Jelas sekali dengan korupsi uangnya akan kembali. Inilah sistematisnya kejahatan korupsi dan Demokrasi yang sama-sama bisa menghancurkan sebuah negeri,” tegasnya.
Dari itu, anggota Dewan Syari’ah Kota Surakarta (DSKS) ini menjelaskan bahwa Islam-lah satu-satunya sistem pemerintahan yang bisa menghilangkan korupsi. Selain itu, Islam juga mengajarkan cara memilih pemimpin yang murah, efisien dan tidak banyak membuang waktu seperti sistem Demokrasi yang hanya akan melahirkan pemimpin bermasalah.
“Islam mengatur dan mencari pemimpin sesuai Qur’an dan Sunah. Cara memilih pemimpin (dalam Islam -red) gampang dan ekonomis, gak perlu kampanye seperti sekarang ini, gak perlu pasang gambar seperti sekarang ini yang banyak menghambur-hamburkan dan menghabiskan uang,” pungkasnya. [Khalid Khalifah]