Bandung (voa-islam.com) - Kepolisian Resor Kota Besar Bandung, Jawa Barat menerima laporan dari Kepala Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung Muhammad Anwar terkait keberadaan sekte seks bebas di Kota Kembang itu.
Seperti diberitakan Metro TVNews, Selain Anwar yang diperiksa, polisi juga telah meminta keterangan Gilang yang mengaku sebagai salah seorang pengikut sekte seks bebas. Menurut Gilang, pemimpin sekte bernama Andreas. Andreas, menurut Gilang, adalah seorang pendeta. Para pengikut sekte ini, jelas Gilang, selain pegawai negeri sipil tak sedikit pula artis dan kalangan mahasiswa. Salah satu ritual sekte adalah melakukan seks bebas dan tukar-tukaran pasangan. Jika si perempuan hamil, janin akan digugurkan di rumah pendeta Andreas.
Selain melakukan seks bebas, sekte juga melakukan pemujaan terhadap binatang-binatang. Seperti yang akan mereka lakukan Kamis (30/5) hari ini di sebuah hutan di kawasan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Seperti dilansir Harian Terbit, Sekum MUI Jabar Rafani Achyar membeberkan, aliran atau sekte bebas ini pernah ada di Kota Bandung pada kisaran tahun 2000-2005 silam. “Tapi saat kita telusuri mendadak menghilang,” ucapnya kepada wartawan.
Meski demikian, pihaknya belum mengetahui secara pasti apakah sekte atau aliran tersebut benar-benar ada atau tidak. Pasalnya hingga kini belum ada bukti konkrit. “Belum ada bukti sampai sekarang. Kita juga perlu pengkajain lagi,” bebernya.
Rafani yang juga menjabat sebagai Wakil Sekum Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jabar ini berharap masyarakat tidak perlu khawatir akan isu yang kini berhembus. Pihaknya beraharap, masyarakat tidak melakukan sebuah tindakan yang bisa berakibat melanggar hukum. “Jangan ada tindakan fisik dalam menanggapinya. Karena belum dipastikan semua itu benar,” tegasnya.
Rafani miminta kepada masyarakat yang memiliki atau menemukan info mengenai adanya aliran sesat, sebaiknya segera melaporkan kepada pihak berwenang seperti MUI, Polisi, atau Badan Koodinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyaraka
Sementara itu, Koordinator Tim Investigasi Aliran Sesat (Tias), Heddy Gunawan mengungkapkan, sekira 1965 hingga 1970 ada kelompok yang bernama Hakekot tumbuh di Jawa Barat. Kelompok ini berzinah dengan dalil agama. “Mereka ngakunya Islam, ngaji di tempat terang tapi lama-lama lampunya digelapkan kemudian berzinah,” kata Heddy.
Dalam ajaran kelompok Hakekot, bila manusia sudah mencapai tingkatan hakikat maka tidak perlu lagi melaksanakan syariat. “Bagi mereka zina bukan dosa lagi karena mereka sudah bersatu dengan tuhan, tidak lagi kenal baik buruk. Itu yang tradisional,” terangnya.
Selain itu, lanjutnya, ada juga kelompok modern yang rasional. Mereka memuja hawa nafsu tapi munafik. Kelompok ini berbeda dengan masyarakat liberal seperti di Amerika, yang juga memuja hawa nafsu tapi sudah lebih terang-terangan.
Terkait adanya surat edaran perintah seks bebas di lingkungan Pemkot Bandung, Heddy yakin tak ada kaitan dengan kelompok yang mengatasnamakan agama. Kalaupun ada, lanjutnya, hanya menggunakan dalil agama untuk merusak moral saja. “Setiap gerakan seks bebas baik kalangan Kristiani atau yang mengaku Islam atau kelompok lain sebenanrnya itu hanya alasan yang dibuat untuk hawa nafsu saja,” cetusnya.
Tidak mustahil kelompok yang menyimpang dibuat kalangan tertentu untuk menjebak kalangan beragama dengan alasan keagamaan. “Dulu di Bandung pada 80-an ada sekte Children of God, ngakunya Kristen tapi seks bebas,” pungkas Heddy.
Dia menambahkan, kelompok aliran sesat di Tanah Air seperti timbul tenggelam dan biasanya digunakan kelompok tertentu untuk kepentingan politik. “Kelompok aliran sesat diduga pernah digunakan untuk kepentingan politik pada 2007 hingga 2008. Saat itu, masyarakat geger dengan adanya Lia Eden atau Lia Aminudin yang mengaku sebagai Malaikat Jibril. Ada juga kelompok Millah Abraham,” katanya.
Lima tahun lalu, tambahnya, tiba-tiba marak aliran sesat dan sangat banyak. Itu bisa untuk kepentingan politik. “Analisa kami itu bukan kebetulan, tapi ada rekayasa di baliknya,” katanya. [desastian/dbs]