Jubir HTI Bantah Slogan Khilafah Tidak Disukai Ormas Lain
JAKARTA (voa-islam.com) – Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) terkenal dengan slogan khilafahnya. Namun ada kesan pihak diluar HTI tidak sepenuhnya menerima slogan khilafah, karena dianggap terlalu “mengawang-ngawang”. Berikut penjelasan Juru Bicara HTI Ismail Yusanto kepada sejumlah wartawan jelang Muktamar Khilafah di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Ahad (2/6).
“Anggapan di luar itu tidak benar. HTI sudah mendatangi PBNU secara langsung. Bahkan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj pernah mengatakan, NU dan HTI itu sama, kitabnya sama, muara dan sungai sama, yang beda hanya kapalnya saja. Kalau NU kapalnya besar, HTI kapalnya kecil. Termasuk Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin pernah bilang dalam Konferensi Khilafah, bahwa khilafah adalah ajaran Islam,” jelas Ismail di Hotel Borobudur, Jakarta dalam sebuah dialog terbuka.
HTI, lanjut Jubir, pede sekali, tidak terpengaruh dengan omongan orang tentang tidak diterima sepenuhnya oleh ormas Islam terkait slogan khilafah. “Kalau satu, dua yang menolak slogan khilafah tentu saja ada. Tapi, kalau bukan khilafah, mau pakai sistem apa lagi.”
Dikatakan Ismail Yusanto, biasanya mereka yang menolak slogan syariah dan khilafah, terkait pada persoalan politik pencitraan. Misalnya, orang yang tidak suka ditempatkan di blok atau kelompok radikal, dan merasa nyaman bila di berada di blok kelompok moderat. “Yang pasti, HTI tidak pernah ada tokoh islam yang secara head to haed atau yang ditemui secara langsung menyatakan menolak syariat dan khilafah, sepertinya tidak ada yang berani. Lha syariah dan khilafah itu kan ajaran Islam.”
Selain itu, ada juga pihak yang menilai tentang konsep dan gerakan HTI, hanya sebatas tataran mengkritisi demokrasi, dan wacana tentang khilafah. Tidak ada gerakan ekonomi berbasis HTI. Kenapa?
Ismail Yusanto menegaskan, dakwah HTI adalah dakwah fikriyah (pemikiran). HTI menyampaikan ide Islam, membantah ide kufur. Dan semua gerakan besar itu dimulai dari gerakan fikriyah. Itu substansinya.
“Adapun soal implementasinya ada pada level individu, kelompok, dan negara. Di level negara, diakui memang belum ada khilafah. Dan kita belum bisa buktikan itu semua. Namun bukan berarti gagasan HTI tidak bisa implementasikan sama sekali. Di level individu, gagasan HTI tentang konsep keluarga, anak, politik, ekonomi, social dan budaya telah diimplementasikan. Begitu juga di level kelompok, ada kegiatan ekonomi, tapi tidak atas nama HTI. Adapun gagasan partai diimplementasikan dilevel negara,” jelasnya.
Saat ini Hizbut Tahrir ada di 40 negara. Di Indonesia ada HTI, di Malayasia ada HTM, di Bangladesh ada HTB, di Pakistan ada HTP dan sebagainya. Ketika ditanya adakah networking antar Hizbit Tahrir di masing-masing negara” “Secara kontak langsung tidak ada. Networking Hizbut Tahrir itu seperti jeruji sepeda yang mengarah ke pusat. Masing-masing negara diberikan otonomi dalam pengelolaan dakwah, namun komunikasinya tetap ke pusat,” tandas Jubir. [desastian]