View Full Version
Sabtu, 01 Jun 2013

Duh.. Dawam Rahardjo, Makin Tua Makin Liberal

SOLO (voa-islam.com) – Salah satu sosok yang paling ditunggu saat Seminar Nasional "Reinterpretasi Kosep Jihad" dan Bedah Buku “Antara Jihad dan Terorisme” karya tokoh Salafi Dzulqornain M Sunusi yang bertempat di Graha IAIN Surakarta, pada Kamis (30/5/2013) adalah Prof. Dr. M. Dawam Rahardjo.

Tak hanya para peserta seminar, salah satu pemateri dalam acara tersebut, Dr. Aidul Fitri Ciada Azhari, SH. M.H (Dosen Pasca Sarjana UMS Surakarta) juga mengungkapkan hal yang sama. Sebelum memulai pemaparannya, Aidul menyampaikan salam hormatnya terhadap pentolan aktivis liberal tersebut selaku seniornya di Muhammadiyah.

Dawam yang dikenal kaum muslimin luas, baik dalam dan luar negeri memang sosok yang penuh kontroversial. Bahkan dirinya juga disejajarkan dengan para pelopor pemikiran liberal di Indonesia seperti Abdul Mukti Ali, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Djohan Efendi, Munawir Sjadzali dan Nurcholish Madjid.

...Salah satu "prestasi" Dawam adalah menghadirkan Khalifah ajaran sesat Ahmadiyah, Tahir Ahmad ke Indonesia pada tahun 2000. Tak hanya mendatangkan Tahir Ahmad, Dawam juga mempromosikan Ahmadiyah di seluruh Indonesia...

Dawam yang dikenal sebagai seorang penulis aktif ini mempunyai hasil karya tulis yang sangat banyak sekali, baik karya tulis dalam bentuk esai, sebuah buku, tulisan di majalah, karya tulis di sebuah jurnal dan lain sebagainya.

Pria kelahiran kota Bengawan Solo ini juga aktif sebagai pengajar di berbagai universitas dan juga menduduki beberapa jabatan di sebuah lembaga riset di Indonesia. Selain itu, mantan Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) periode 1995 - 2000 jugaktif dalam berbagai foum lintas agama baik di luar dan di dalam negeri.

Salah satu "prestasi" Dawam adalah menghadirkan Khalifah ajaran sesat Ahmadiyah, Tahir Ahmad ke Indonesia pada tahun 2000. Tak hanya mendatangkan Tahir Ahmad, Dawam juga mempromosikan Ahmadiyah di seluruh Indonesia. Dan pada tanggal 29 Juni 2000 Dawam juga mengadakan dialog pakar Islam disebuah hotel di Jakarta dengan menghadirkan Tahir Ahmad.

Sedangkan beberapa kontroversi dari tulisan maupun ucapan Dawam seperti yang ada didalam buku “50 Tokoh Islam Liberal Indonesia” karya Budi Handrianto antara lain, ketika dia mensomasi dan mendemo Menteri Agama Indonesia, Maftuh Basyumi karena dianggap “mendzolimi” Ahmadiyah dan Lia Eden (halaman 48).

...Pernyataan Dawam lainnya yang kontroversial adalah ketika dia menyatakan bahwa “Kalau Islam tidak bisa dikontrol oleh negara, sebaiknya Islam dilarang saja di Indonesia" dan yang paling Bombastis adalah saat dia mengatakan bahwa “Pindah Agama tidak Murtad”...

Pernyataan Dawam lainnya yang kontroversial adalah ketika dia menyatakan bahwa “Kalau Islam tidak bisa dikontrol oleh negara, sebaiknya Islam dilarang saja di Indonesia" (halaman 49). Dan pernyataan mantan tokoh Muhammadiyah ini yang paling Bombastis adalah saat dia mengatakan bahwa “Pindah Agama tidak Murtad” (halaman 50).

Menurut Dawam, kebebasan berarti kebebasan untuk berpindah agama. Berpindah pilihan dari satu agama tertentu ke agama lain. Dan berpindah agama, kata Dawam, tidaklah kafir. Istilah kafir bukan berarti beragama lain, tetapi karena menentang perintah Tuhan.

Atas sikapnya yang menggegerkan umat Islam Indonesia saat itu hingga dirinya dan bahkan Muhammadiyah mendapat kecaman, akhirnya pada tanggal 13 Januari 2006, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin memecat Dawam. “Dawam Rahardjo dipecat secara tidak langsung oleh Muhammadiyah,” tegas Din (halaman 51).

...Akhirnya pada tanggal 13 Januari 2006, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin memecat Dawam. “Dawam Rahardjo dipecat secara tidak langsung oleh Muhammadiyah,” tegas Din...

Itulah sekelumit tulisan, ucapan dan perbuatan yang kontroversial dan melecehkan Islam yang dilakukan oleh Dawam Rahardjo sehingga dia tidak hanya di musuhi oleh umat Islam, namun juga sejumlah pimpinan ormas Islam, termasuk Din Syamsuddin.

Sementara itu, saat acara seminar di IAIN Solo kemarin, ternyata ucapan dan pandangan Dawam tentang Islam tetap saja tidak berubah. Dengan cara berjalan yang saat itu harus membutuhkan tuntunan (dituntun oleh orang terdekatnya) seorang asisten, wajah yang sudah mulai tua dan mengkerut, nada bicara yang sudah tidak jelas dan kadang salah serta lupa, harusnya Dawam segera bertaubat kepada Allah.

Namun realitanya, dengan kondisi yang sudah mulai pikun karena di makan usia, pemikiran liberal Dawam tidak surut dan bahkan semakin menjadi. Jihad hanya dimaknai dengan berjuang sungguh-sungguh melawan diri sendiri dan hawa nafsu, dan menyalahkan orang-orang yang berjuang dan berjihad untuk menegakkan kalimat Allah dengan definisi peperangan.

Duh.. Dawam Rahardjo, harusnya di usia senja dan berbagai macam diskusi yang mengiringinya bisa membuka matanya akan arti Islam yang sebenarnya. Bukan sebaliknya, meresahkan masyarakat Indonesia dan tidak memberikan mashlahat kepada umat. [Khalid Khalifah]


latestnews

View Full Version