View Full Version
Senin, 03 Jun 2013

ISAC Pertanyakan Motif Penyiksaan Densus 88 Pada Aktivis Hingga Mati

SOLO (voa-islam.com) – The Islamic Study and Action Centre (ISAC) menilai operasi penangkapan para aktivis Islam yang diduga teroris oleh Densus 88 di Kebumen, Jawa Tengah perlu dicermati. Pasalnya, ada beberapa kejanggalan yang ditemukan ISAC atas terbunuhnya ketiga orang yang dituduh sebagai teroris tersebut.

Aktivis Islam yang terbunuh di Kebumen sebagaimana diberitakan media massa pada umumnya adalah jenazah Basari Rahman alias Ahmad Basari, Bayu alias Ustadz Harun dan Zaenuri alias Toni. Menurut ISAC, kejanggalan yang paling nampak nyata yaitu tidak adanya bekas luka tembak pada jasad Basari dan Bayu.

Padahal sebelumnya, dalam pers rilisnya polisi menyebutkan bahwa para terduga teroris yang meninggal di Kebumen lantaran terkena peluru setelah terjadi baku tembak dengan Densus 88. Namun saat keluarga memandikan jenazah aktivis Islam tersebut tidak ditemukan satupun bekas luka tembak.

Dan diantara kejanggalan lain menurut ISAC atas kematian Basari, Bayu maupun Toni yang ditemukan beberapa fakta adalah :

  1. Basari dan Bayu  tidak ada luka tembak, wajah rusak bekas pukulan.
  2. Abu Roban ditembak mati meskipun tidak melakukan perlawanan.
  3. Toni ada luka tembak dikepala, mata hilang, wajah hancur tidak bias dikenali lagi.
  4. Status hukum mereka baru terduga, belum jelas peran dan serta keterlibatannya. Namun sudah diperlakukan seperti penjahat kelas kakap.

ISAC Pertanyakan Motif  Penganiayaan dan Tembak Ditempat Hingga Mati

Terkait Operasi Densus 88 di Bandung, Kebumen, dan Batang maka ISAC menilai :

  1. Adanya target operasi hingga mati dengan bekas luka yang mengerikan pada wajah di Kebumen merupakan cara-cara Densus 88 jauh dari sifat manusiawi, mengabaikan amanat Polri yang semestinya melayani, mengayomi dan melindungi masyarkat.
  2. Operasi Densus 88 di Bandung, Kebumen, Batang, Solo relatif sama. Sejak itu, ada kecendurungan bahwa terduga ada yang ditembak mati dan ada yang ditangkap hidup.
  3. Operasi di Bandung, Kebumen dan Batang menunjukkan intelijen Densus 88 yang lemah, kemampuan melumpuhkan terduga rendah, serta kategori tindakan gegabah.
  4. Di Kebumen terdapat 3 meninggal dari 7 orang yang ditangkap, di Batang ada 1 orang meninggal dari 2 orang yang ditangkap, di Bandung 3 orang meninggal dari 4 orang yang ditangkap. Jika di prosentase terdapat 53 % lebih orang meninggal di 3 tempat dalam waktu yang relatif sama. Hal ini jelas tidak efektif dan tidak efisien.

“Angka kematian ini terlalu besar untuk sebuah penegakan hukum, eksekusi mati sebelum putusan pengadilan,” kata sekretaris ISAC, Endro Sudarsono kepada voa-islam.com pada Minggu (2/6/2013) di Solo, Jawa Tengah.

ISAC menduga kuat terdapat korelasi antara antara operasi Densus 88 dengan sumber dana, intervensi asing, kepentingan politik, kepentingan idiologis serta pelanggaran HAM di Indonesia, khususnya terhadap umat Islam. [Khalid Khalifah]


latestnews

View Full Version