SOLO (voa-islam.com) – Beberapa waktu lalu, Prof. Dr. M. Dawam Rahardjo menjelaskan bahwa definisi dan makna hakiki akan pengertian Jihad adalah melawan diri sendiri. Meskipun Rasulullah saw juga mengakui bahwa salah satu arti lain dari Jihad juga bermakna perang, namun menurut Dawam hal tersebut merupakan Jihadul Ashghor atau Jihad kecil.
Sedangkan Jihadul Akbar atau Jihad besar, menurut Dawam adalah melawan diri sendiri atau hawa nafsu, melawan kedzaliman, melawan kesewenang-wenangan dan lain sebagainya. Hal itu disampaikannya saat menjadi Keynote Speech dalam Seminar Nasional dan Bedah Buku bertajuk “Reinterpretasi Konsep Jihad” yang bertempat di Graha IAIN Surakarta, pada Kamis (30/5/2013).
Perkataan tersebut disandarkan Dawam pada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa "Suatu saat, ketika nabi pulang beserta para sahabatnya dari sebuah peperangan, beliau bersabda kepada para sahabat : “Sesungguhnya kalian pulang dari jihad kecil (perang Badar) menuju jihad besar”. Para sahabat bertanya : Ya Rasulullah, apakah jihad yang besar itu?’ Beliau menjawab : jihad nafs (jihad melawan hawa nafsu).”
...Jadi apa yang Prof bilang tadi itu laa aslalah, tidak ada asalnya perkataan itu. Bahkan ada yang mengatakan hadits itu hadits mungkar...
Terkait pernyataan dari Dawam Rahardjo tentang pengertian Jihad yang disampaikan kepada audiens yang hadir, salah satu pemateri dalam seminar dan bedah buku tersebut, Drs. H. Fauzan Al-Anshori, M.M memberikan nasehat yang tulus. Dirinya meminta Dawam untuk berkata dan bersikap jujur.
Selain itu, Ustadz Fauzan mengatakan bahwa sebaiknya Dawam Rahardjo meneliti dan menelaah terlebih dahulu hadits tersebut. Menurut Ustadz Fauzan, didalam buku “Antara Jihad dan Terorisme” karya tokoh Salafi, Dzulqornain M Sunusi yang juga dibedah waktu itu sudah dijelaskan dengan gamblang status hadits tersebut.
“Rojakna minal-Jihad ashghor ilal-jihad akbar, jihad bin-nafs. Jadi orang tua saya juga, Prof Dawam Rahardjo tadi kan bilang begitu. Jadi harus diteliti juga Prof hadits itu tadi, karena apa yang tadi disampaikan itu ada dibuku ini (buku yang dibedah dalam acara tersebut -red),” kata Fauzan.
...Atau dibalik cara berfikirnya. Kalau jihad melawan hawa nafsu itu lebih besar daripada jihad perang, kalau begitu berjihad yang kecil dulu, jadi perang dulu gitu. Baru nanti setelah perang baru ngomong, kita baru pulang dari jihad kecil....
Ustadz Fauzan menjelaskan bahwa hadits tersebut TIDAK ADA ASALNYA! Hadist dengan lafazh itu tidak ada asalnya didalam kitab-kitab hadist. Semuanya melalui jalur Yahya bin Ya’la dari Laits dari Atho’ dari Jabir. Sanad ini lemah, sebab Yahya bin Ya’la dan Laits adalah dua rowi yang lemah haditsnya.
“Jadi apa yang Prof bilang tadi itu laa aslalah, tidak ada asalnya perkataan itu. Bahkan ada yang mengatakan hadits itu hadits mungkar,” tegas Direktur Pusat Kajian Syariah dan Politik Jakarta ini.
...Jadi kalau belum perang, jangan jihad yang besar dulu dech, ini kalau kita menggunakan cara berfikir tadi dan mengikuti cara Nabi. Nabi kan jihad perang dulu...
Pria yang juga pimpinan pondok pesantren Anshorullah ini berpesan kepada para peserta baik dari mahasiswa dan para dosen IAIN Solo yang hadir untuk menggunakan logikanya yang jernih. Jika mereka mengaku kalangan intelektual, hendaknya konsekuen dengan perkataan Dawam dan mengikuti sunah Rasulullah saw tersebut.
“Okey begini dech, kalau berperang yang taruhannya itu mati dikatakan jihad kecil, sedangkan melawan hawa nafsu itu disebut jihad besar, itu gak masuk akal,” ujarnya.
“Atau dibalik cara berfikirnya. Kalau jihad melawan hawa nafsu itu lebih besar daripada jihad perang, kalau begitu berjihad yang kecil dulu, jadi perang dulu gitu. Baru nanti setelah perang baru ngomong, kita baru pulang dari jihad kecil. Jadi kalau belum perang, jangan jihad yang besar dulu dech, ini kalau kita menggunakan cara berfikir tadi dan mengikuti cara Nabi. Nabi kan jihad perang dulu,” tandasnya. [Khalid Khalifah]