View Full Version
Kamis, 06 Jun 2013

Bom di Mapolres Poso Akibat Polisi Tak Tuntas Selesaikan Konflik Poso

BANTUL, DIY (voa-islam.com) – Setelah menghadiri pembukaan Sekolah Perdamaian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di UMY, Bantul, Propinsi DIY pada Senin (03/06/2013), Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, bom bunuh diri di halaman Mapolres Poso adalah rangkain dari konflik Poso sebelumnya.

Dirinya menyanyangkan sikap Polri yang langsung mengklaim bahwa pelaku peledakan adalah teroris. Menurutnya, peledakan itu juga ditengarai karena penanganan polisi terhadap konflik yang terjadi selama ini tidak pernah tuntas dan kurang komprehensif.

Dengan tidak tuntasnya penanganan tersebut, lanjut Din, tentu saja akan menjadikan benih-benih konflik baru di kemudian hari. Apalagi jika ada salah satu dari kedua belah pihak yang bertikai di Poso tidak mendapat perhatian dan penanganan yang sama.

...Aksi bom bunuh diri itu merupakan ekspresi residu atas belum tuntasnya penyelesaian konflik Poso yang terjadi sebelumnya. Konflik yang terjadi tidak diselesaikan secara komprehensif dan tuntas...

“Aksi bom bunuh diri itu merupakan ekspresi residu atas belum tuntasnya penyelesaian konflik Poso yang terjadi sebelumnya. Konflik yang terjadi tidak diselesaikan secara komprehensif dan tuntas,” jelas Din kepada sejumlah awak media.

Menurutnya, polisi harusnya mendalami terlebih dulu peledakan tersebut. Jangan gegabah dengan menuduh umat Islam yang melakukan. Sebab, selama ini teroris selalu melekat pada diri umat Islam. Dengan statemen dari kepolisian sesaat setelah kejadian, bahwa pelakunya merupakan teroris dari kelompok radikal, hal itu sudah cukup menjadikan citra buruk pada Islam.

Penyelesaian kasus yang berbau SARA tersebut diakui Din cepat terselesaikan, tetapi masih menyisakan hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat dituntaskan. Dan peristiwa bom bunuh diri di Mapolres Poso kemarin merupakan contoh masih adanya residu yang tersisa dalam penanganan kasus Poso.

...Sampai saat ini masih ada 12 masjid di wilayah itu yang belum bisa kita bangun. Ini residu dari masalah yang ada. Begitupula anak-anak yang menyaksikan keluarganya dibantai, juga tidak ada pendekatan yang baik...

Salah satu hal yang masih tersisa dari konflik Poso adalah penanganan terhadap korban dari pihak umat Islam. Pemerintah dinilai Din tidak melakukan pendekatan yang baik dan berimbang. Umat Islam yang menjadi korban pembantaian konflik Poso terkesan di anak tirikan.

“Sampai saat ini masih ada 12 masjid di wilayah itu yang belum bisa kita bangun. Ini residu dari masalah yang ada. Begitupula anak-anak yang menyaksikan keluarganya dibantai, juga tidak ada pendekatan yang baik,” tegas Din. [Khal-fah/mhmdyh]


latestnews

View Full Version