View Full Version
Sabtu, 08 Jun 2013

Jihad Media: Saatnya Perang Media Melawan Propaganda Batil

JAKARTA (voa-islam.com) – Di zaman Nabi Saw, propaganda dijadikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari peperangan. Pada masa Perang Uhud, misalnya, kaum musyrikin melempar rumor tentang wafatnya Rasulullah Saw di medan perang. Padahal rumor tersebut tak lebih sebuah kebohongan.

Seperti itulah propaganda yang dilakukan musuhIslam untuk melunturkan semangat tempur kaum muslimin.  Memang, luka ditubuh tidak terasa, panah yang tertancap tak begitu dirasakan, tapi kabar meningggalnya Nabi Saw menyebabkan lesu dan lunglainya kaum muslimin ketika itu.

“Namun untungnya, ada sahabat lain yang mengcounter propaganda musuh dengan mematahkan rumor tersebut, sehingga menyadarkan dan membangkitkan kembali  semangat kaum muslimin untuk berperang.”

Demikian dipaparkan Ustadz Fuad al Hazimi dalam “Halaqah Jurnalistik“ bertajuk “Urgensi Media Dalam Jihad Global” di kantor Redaksi Voa-Islam, Bekasi, Jum’at (7/6) sore. Hadir sejumlah jurnalis muslim yang tergabung dalam Jurnalis Islam Bersatu (JITU).

Selanjutnya Ustadz Fuad memberi contoh, dahulu Ka’ab bin al Asrof dieksekusi oleh Muhammad bin Maslamah atas seizin nabi, bukan karena pedangnya, tapi sya’irnya yang menghujat Nabi Saw sebagaai bentuk solidaritas terhadap suku Quraish yang kalah di Perang Badar.

Saat itu Bani Quraidzah protes, lalu Nabi Saw menjawab, seandainya ada orang yang melakukan penghinaan serupa, maka nasibnya akan sama seperti Ka’ab bin al Asrof.

Pasca Perang Uhud, kaum muslimin dalam kondisi lemah, karena kelelahan mengubur 70 Syahid di medan perang. “Kalau saja kondisi lemah ini diketahui oleh Abu Sofyan yang ketika itu masih menjadi Pemimpin Quraisy, tentu akan merugikan kaum muslimin. Lalu Rasulullah Saw justru memerintahkan pasukannya tetap berangkat. Padahal saat itu pasukan baru istirahat semalam, bahkan ada beberapa sahabat yang belum diobati lukanya, namun paginya sudah harus bergegas. Strategi ini untuk mengesankan kaum muslimin dalam keadaan kuat.”

Ini menunjukkan musuh Islam kerap membuat distorsi , menebar pencitraan buruk , dan melakukan pembunuhan karakter (karakter assasination). Kalau sekarang disebut Perang Media. “Itulah sebabnya perang propaganda menjadi bagian penting yang harus dipahami insan media betapa pentingnya, mengukuhkan niatnya di front kedua dari jihad. Sungguh Allah mencintai hambanya yang bersungguh-sungguh dan bersikap profesional,” ungkap Fuad yang sebelumnya pernah menjadi Imam Masjid di Australia.  [desastian]


latestnews

View Full Version