KARANGANYAR (voa-islam.com) - Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jawa Tengah, ustadz Aris Munandar Al-Fattah, Lc. Menanggapi pernyataan ustadz Mudzakir yang tersebar di dunia maya, terkait sikapnya terhadap konflik di Suriah.
Namun sebelumnya, ustadz Aris Munandar membantah jika ustadz Mudzakir merupakan pengurus Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS).
“Ustadz Mudzakir tidak berada di Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS). Jadi kalau kemudian ada yang memberikan klaim bahwa dia berada di DSKS, saya selaku Sekjen DSKS tidak membenarkannya karena tidak ada di dalam struktur pengurus,” kata ustadz Aris Munandar kepada voa-islam.com, di masjid An-Nur, jl. Solo-Tawang Mangu, pada Ahad (2/6/2013).
Kemudian, menurut ustadz Aris sudah selayaknya kaum Muslimin membantu saudaranya di belahan bumi manapun yang tertindas, dalam hal ini baik Muslim Suriah maupun Rohingya.
“Terkait dengan komentarnya tentang Suriah, sebaiknya semua persoalan yang dihadapi oleh umat Islam itu tetap ditangani, tidak dipilih-pilih; mana Rohingya tapi Suriah tidak ditangani dan sebaliknya. Jadi keduanya harus ditangani oleh kaum Muslimin dengan berbagai bentuk penanganan yang disesuaikan dengan keadaan,” jelasnya.
Adanya kaum Muslimin yang begitu gencar menyuarakan pentingnya membantu Muslim Suriah, pada dasarnya ingin mengamalkan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaiman termuat dalam hadits-hadits tentang keutamaan negeri Syam.
“Adapun teman-teman yang memprioritaskan membantu Muslim Suriah karena banyaknya hadits-hadits terkait pergolakan di negeri tersebut. Sehingga mereka ingin lebih menjalankan hadits-hadits Nabi yang mengisyaratkan tentang Syam
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا , اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي يَمَنِنَا
“Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.” (H.R. Bukhari),” ungkapnya.
Sementara itu, tudingan yang dilontarkan ustadz Mudzakir kalau kita kemudian membantu oposisi jadinya kita termakan oleh hasutan Amerika, maka hal itu tidak bisa dibenarkan. Pasalnya antara kaum Muslimin dan Amerika yang menunggangi pihak oposisi memiliki agenda yang berbeda. [Ahmed Widad]
Berita terkait: