POSO (voa-islam.com) – Berita tentang bagaimana Ahmad Nudin dibunuh Densus 88 masih simpang siur hingga saat ini. Pria yang biasa disapa Nudin itu di tembak mati Densus 88 di jalan Pulau Irian, dekat dengan pertigaan SMA 3 Poso pada Senin (10/6/2013) sore.
Terkait hal itu, voa-islam.com berhasil mewawancarai keluarga Ahmad Nudin yang diwakili oleh ibunda Nudin, ibu Zainab, di rumah istri Ahmad Nudin di jalan Pulau Jawa 2, Gebang Rejo, Kecamatan Poso Kota, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah pada Jum’at (14/6/2013).
Berikut ini saat-saat terakhir Ahmad Nudin dan kronologi pembunuhan Densus 88 terhadap Ahmad Nudin, aktivis Islam di Poso yang baru diduga sebagai teroris dan dikait-kaitkan dengan sejumlah aksi terorisme di Indonesia.
...Keseharian dia (Nudin -red) itu bawa mertuanya ke kebun, ambil dan kasih makanan sapi, anter mertuanya ke pasar, itu saja pak. Kalau ada yang lain saya ndak tau pak, tapi istrinya disini bilang juga seperti itu...
Menurut pernyataan bu Zainab, Senin pagi sebelum pada sore harinya dibunuh Densus 88, Nudin masih beraktivitas seperti biasanya. Yaitu mengantar orang tuanya dan mertuanya ke kebun, mencari makanan dan kemudian memberikannya kepada sapi yang dipeliharanya.
Setelah itu, Nudin kemudian mengantar mertuanya ke pasar untuk berbelanja. Selain mengantar mertuanya ke pasar, Nudin juga berjualan ikan segar di pasar Poso. Jadi menurut bu Zainab, pada hari senin sebelum Nudin dibunuh Densus 88 tidak ada aktivitas yang mencurigakan dari anaknya tersebut.
“Keseharian dia (Nudin -red) itu bawa mertuanya ke kebun, ambil dan kasih makanan sapi, anter mertuanya ke pasar, itu saja pak. Kalau ada yang lain saya ndak tau pak, tapi istrinya disini bilang juga seperti itu,” cerita bu Zainab kepada voa-islam.com.
...Dia (Nudin -red) siang itu masih di Pulau Jawa 2, di sini dirumah istrinya. Kemudian dia sholat di masjid Muhajirin situ. Pulang sholat, hari Senin itu pak, dia kerumah sama saya jam 12 ada makan...
Sedangkan menjelang waktu dhuhur, Nudin berpamitan kepada istrinya untuk menunaikan sholat dhuhur berjama’ah di masjid Muhajirin yang tak jauh dari rumahnya. Setelah selesai sholat dhuhur, Nudin kemudian kembali ke rumahnya di Pulau Jawa 2.
Lantas, ibunda Nudin mengajaknya untuk makan bersama di rumah ibunya. Pasalnya waktu itu, bu Zainab sedang masak makanan yang cukup banyak. Takut tidak habis, maka bu Zainab mengajak Nudin dan keluarganya untuk makan bersama di rumah ibu kandungnya tersebut.
“Dia (Nudin -red) siang itu masih di Pulau Jawa 2, di sini dirumah istrinya. Kemudian dia sholat di masjid Muhajirin situ. Pulang sholat, hari Senin itu pak, dia kerumah sama saya jam 12 ada makan,” ucapnya.
...Nah, pulang dari sholat ashar itu di tembak dia itu, entah ada masalah apa, DPO atau apa kita ndak tau, tapi saya rasa dia tidak termasuk disitu (DPO -red)...
Menurut pernyataan bu Zainab yang disampaikan masyarakat kepada pihak keluarga dan sebagaimana persaksian dari para warga Poso yang melihat langsung peristiwa di bunuhnya Nudin, Nudin di ikuti mobil sejak keluar atau melaksanakan sholat ashar berjama’ah dari masjid Muhajirin.
Sesampainya di jalan Pulai Irian itulah, Nudin langsung di tabrak oleh mobil yang mengikutinya tersebut. Setelah di tembak, Ahmad Nudin bukannya segera dibawa ke rumah sakit, namun oleh Densus 88 Nudin malah di injak-injak dan di siksa dengan cara di tendang dan di pukuli.
“Nah, pulang dari sholat ashar itu di tembak dia itu, entah ada masalah apa, DPO atau apa kita ndak tau, tapi saya rasa dia tidak termasuk disitu (DPO -red),” tegas bu Zainab mengungkapkan.
...Karena kita orang banyak informasi yang lihat dengan mata kepala sendiri, dia orang (Nudin -red) itu pulang dari sholat, begitu pulang sholat dia ditabrak, begitu ditabrak langsung ditembak, begitu ditembak langsung dikasih naik di mobil entah dibawa kemana kita tidak tau...
“Karena kita orang banyak informasi yang lihat dengan mata kepala sendiri, dia orang (Nudin -red) itu pulang dari sholat, begitu pulang sholat dia ditabrak, begitu ditabrak langsung ditembak, begitu ditembak langsung dikasih naik di mobil entah dibawa kemana kita tidak tau,” imbuhnya.
Bu Zainab juga menjelaskan jika anaknya pada hari Senin itu tidak membawa senjata tajam (sajam) atau senjata api sebagaimana yang dituduhkan oleh kepolisian dan dikabarkan oleh media-media massa pada umumnya.
Selain itu, bu Zainab juga menegaskan jika anaknya saat dibunuh Densus itu tidak melakukan perlawanan. Baik dengan menabrak Densus 88 terlebih dahulu atau menembak Densus 88 dengan senjata api.
...Ndak ada, ndak ada perlawanan. Mau gimana pak dia ada perlawanan, sedangkan dia baru dari selesai sholat, tidak bawa apapun sebarangpun tidak ada. Tidak mungkin dia mau sholat bawa barang sajam (senjata tajam -red) atau senjata (api -red), tidak mungkin pak...
“Ndak ada, ndak ada perlawanan. Mau gimana pak dia ada perlawanan, sedangkan dia baru dari selesai sholat, tidak bawa apapun sebarangpun tidak ada. Tidak mungkin dia mau sholat bawa barang sajam (senjata tajam -red) atau senjata (api -red), tidak mungkin pak,” tandasnya.
“Allah tidak izinkan itu dia (Nudin -red) membawa apa-apa, orang dia itu di mushola, sholat di masjid Muhajirin,” pungkasnya. [UD]