POSO (voa-islam.com) – Kematian Ahmad Nudin, aktivis Islam asal Poso meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga, khususnya sang istri tercinta Ummu Hasyim. Wanita yang berumur 30an tahun ini sangat sedih dan terpukul ketika mengetahui suaminya dibunuh Densus 88 dengan sangat kejam dan keji.
Meninggalnya Ahmad Nudin juga meninggalkan satu anak yatim berumur 2,5an tahun bernama Hasyimuddin. Untuk itu, selain menjadi janda, sekarang ini Ummu Hasyim juga harus bekerja ekstra keras untuk menghidupi buah hatinya yang masih balita tersebut.
Saat ditemui voa-islam.com dikediamannya di jalan Pulau Jawa 2, Gebang Rejo, kecamatan Poso Kota, kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Ummu Hasyim tak bisa berbicara terlalu banyak. Sesekali mengingat kronologi pembunuhan Ahmad Nudin yang didapatkan dari para warga, dan juga saat mengingat wajah suami yang hampir rusak parah, dirinya langsung menangis.
...Iya itu pak, saya tidak mau Densus di bilang menembak, dia (Densus 88 -red) itu pembunuh. Tolong ini berita di kabarkan pak. Pendusta semua media (sekuler -red) itu yaa Allah...
Wanita asli Poso ini menyatakan jika dirinya tidak rela jika suaminya hanya diberitakan media massa pada umumnya, ditembak oleh Densus 88. Harusnya media massa memberitakan bahwa suaminya telah dibunuh. Karena kesaksisan para warga menyebutkan seperti itu.
“Iya itu pak, saya tidak mau Densus di bilang menembak, dia (Densus 88 -red) itu pembunuh. Tolong ini berita di kabarkan pak. Pendusta semua media (sekuler -red) itu yaa Allah," kata Ummu Hasyim pada Jum’at (14/6/2013) sambil menangis.
Dirinya juga menegaskan jika suaminya saat itu tidak melakukan perlawanan sama sekali, sebagaimana kesaksian para warga kepada keluarga yang melihat langsung dibunuhnya Ahmad Nudin oleh Densus 88. Menurutnya, jika suaminya yang menabrak terlebih dulu, maka Densus 88 itu tidak akan sama nasibnya dengan suaminya.
...Saya tidak mau suami saya di bilang tabrak (Densus 88 -red), kalau di tabrak habis itu pak (Densus 88 -red). Tapi yang terjadi itu dia (Nudin -red) di tabrak langsung di tembak pak. Densus itu pengecut pak, ndak berani dia (Densus 88 itu melawan -red) di depan, pengecut semua Densus itu pak. Tolong pak, ini kabarkan, luruskan berita ini pak, saya mohon...
Hal tersebut karena mengingat karakter warga Poso yang punya tekad kuat dan solidaritas atau sosial yang tinggi. Hal ini terbukti ketika Nudin ditembak, warga Poso yang melihat langsung peritiwa itu langsung menghampirinya dan hendak menolongnya.
“Saya tidak mau suami saya di bilang tabrak (Densus 88 -red), kalau di tabrak habis itu pak (Densus 88 -red). Tapi yang terjadi itu dia (Nudin -red) di tabrak langsung di tembak pak. Densus itu pengecut pak, ndak berani dia (Densus 88 itu melawan -red) di depan, pengecut semua Densus itu pak. Tolong pak, ini kabarkan, luruskan berita ini pak, saya mohon,” tegasnya.
Terakhir, Ummu Hasyim yang berbicara dengan suara lirih dan isak tangis yang mendalam, mendoakan agar para polisi, khususnya Densus 88 yang telah membunuh suaminya segera di adzab oleh Allah. Ummu Hasyim juga mendoakan agar media massa yang memberitakan peristiwa Poso dengan tidak adil mendapatkan adzab sama.
...Tolong ini berita di kabarkan pak. Pendusta semua media (sekuler -red) itu yaa Allah. Semua media menuduh Abi bersalah, saya tidak ridho yaa Allah. Semoga Engkau (Allah -red) menurunkan adzab (pada Densus 88 dan media-media tersebut -red) yaa Allah...
Karena dirinya tidak ridho dengan pemberitaan dan opini dzolim dari media massa sekuler yang menjadi corong kepolisian untuk memojokkan dan menyalahkan umat Islam secara terus menerus. Ummu Hasyim juga meminta kepada media Islam untuk mengabarkan hal ini dengan sebenar-benarnya dan terus menerus.
“Tolong ini berita di kabarkan pak. Pendusta semua media (sekuler -red) itu yaa Allah. Semua media menuduh Abi bersalah, saya tidak ridho yaa Allah. Semoga Engkau (Allah -red) menurunkan adzab (pada Densus 88 dan media-media tersebut -red) yaa Allah,” tandasnya. [UD]