JAKARTA (voa-islam.com) – Terungkapnya kasus Kompol AD, anggota Densus 88 Anti Teror Mabes Polri yang terbukti menjadi pemakai, pemasok dan bandar narkotika kelas kakap di Indonesia bahkan di luar negeri, mendapat perhatian serius para aktivis Islam maupun tokoh nasional.
Salah satu tokoh yang secara kontinyu mengikuti perkembangan kasus Kompol AD adalah HM Mahendradatta, SH MA MH Ph.D. Menurutnya, kasus tersebut bisa menjadi kotak pandora untuk membuka “perselingkuhan” Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Densus 88.
Lebih spesifik, Ketua Dewan Pembina Tim Pengacara Muslim (TPM) ini mengatakan jika terungkapnya anggota Densus 88 yang terbukti sebagai pemakai dan bandar narkotika harus jadi momen untuk menyingkap tabir “hubungan gelap” Gories Merre (Kepala BNN) dengan Ansyaad Mbai (Kepala BNPT).
...Insiden Kompol AD harus dijadikan momentum untuk menyingkap tabir dan kecurigaan selama ini mengenai hubungan BNN khususnya semasa dipimpin oleh Gories Merre dengan Densus 88...
“Insiden Kompol AD harus dijadikan momentum untuk menyingkap tabir dan kecurigaan selama ini mengenai hubungan BNN khususnya semasa dipimpin oleh Gories Merre dengan Densus 88,” katanya kepada voa-islam.com melalui pesan blackberry messenger pada Minggu (7/7/2013).
Pengacara senior ini menjelaskan jika dalam beberapa kasus, memang ada sinyalemen keterlibatan Gories Merre dalam penanganan terorisme di Indonesia. Padahal, lanjut Mahendra, Gories Merre tidak termasuk bagian resmi dalam jajaran BNPT atau Densus 88.
Bahkan, informasi yang diterima TPM dari orang dalam kepolisian, Gories Merre terkenal aktif bergerak dalam operasi pemberantasan terorisme. Disamping itu, info dari aktivis Islam yang dituduh sebagai terorisme juga demikian adanya.
...Informasi dari beberapa petinggi Polri, memang GM (Gories Merre -red) ini sangat aktif, dan kadang mendahului kinerja Densus 88 dalam operasi terhadap orang-orang yang dicap sebagai teroris yang 100 % beragama Islam, dengan satuan tugasnya yang dikenal sebagai Satgas Bom...
“Informasi dari beberapa petinggi Polri, memang GM (Gories Merre -red) ini sangat aktif, dan kadang mendahului kinerja Densus 88 dalam operasi terhadap orang-orang yang dicap sebagai teroris yang 100 % beragama Islam, dengan satuan tugasnya yang dikenal sebagai Satgas Bom, dan tidak ada yang pernah mau “mengakui” keberadaannya”, ungkapnya.
“Dari beberapa tersangka tuduhan terorisme, diperoleh juga info keberadaan GM (Gories Merre -red) pada beberapa interogasi yang ditengarai. Namun masih sulit dibuktikan mengandung penyiksaan dan pelecehan terhadap keyakinan (agama -red) para tersangka tuduhan teroris tersebut,” jelasnya.
Sebetulnya, kata Mahendra, campur tangan Gories Merre dalam perang terhadap Islam yang dibungkus sedemikan rupa dengan istilah “perang melawan terorisme”, sangat kental dan terasa sekali. Dan hal itu sulit untuk ditutup-tutupi dalam tataran publik atau media.
...Sebagaimana diketahui, pejabat polri yang sejak awal sangat aktif “memerangi” hal-hal yang dicap terorisme adalah Gories Merre dan kawan-kawan. Bahkan saat dirinya menjabat sebagai Kepala BNN, GM (Gories Merre -red) sangat aktif ikut campur dalam perkara yang dicap sebagai terorisme...
Namun dirinya menjelaskan, secara hukum akan sulit untuk membuktikannya. Untuk itu, terbongkarnya kasus Kompol AD adalah momen yang tepat untuk mulai membongkar dan menyingkap tabir “perselingkuhan” tersebut.
“Sebagaimana diketahui, pejabat polri yang sejak awal sangat aktif “memerangi” hal-hal yang dicap terorisme adalah Gories Merre dan kawan-kawan,” tegasnya.
“Bahkan saat dirinya menjabat sebagai Kepala BNN, GM (Gories Merre -red) sangat aktif ikut campur dalam perkara yang dicap sebagai terorisme. Hal itu sempat terungkap dalam insiden konfliknya dengan dan Lanud TNI-AU di Medan,” tandasnya. [Khalid Khalifah]
BERITA TERKAIT: