SOLO (voa-islam.com) – Ustadz Mudzakkir mengatakan, jika ada orang yang meyakini ada manusia yang ma’sum, yakni terjaga dari dosa dan kesalahan, selain Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam, maka dia telah Kafir.
Selain itu, pimpinan Ponpes Al Islam Gumuk Solo Jateng ini menambahkan, siapapun yang menganggap dan meyakini ada nabi lagi setelah Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam diutus kedunia ini, maka dia juga Kafir.
“Siapapun yang berbeda dalam hal ushul, pokok, itu Kafir. Contohnya Ahmadiyah. Kenapa Ahmadiyah Kafir, karena Amadiyah mengakui adanya Nabi sesudah Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam,” tegasnya saat menjadi pembicara kajian Jum’at malam bertema “ KEUNGGULAN SUNNI TERHADAP SYI’AH” di masjid Istiqlal Sumber Solo, pada Jum’at (12/7/2013).
...Siapapun yang berbeda dalam hal ushul, pokok, itu Kafir. Contohnya Ahmadiyah. Kenapa Ahmadiyah Kafir, karena Amadiyah mengakui adanya Nabi sesudah Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam...
Ustadz Mudzakkir juga menegaskan, siapa saja yang berbeda pendapat soal ke-esaan Allah juga Kafir. Dan siapapun yang meyakini bahwasanya ada manusia yang mendapatkan wahyu setelah diutusnya Nabi Muhammad Saw juga Kafir.
“Kalau orang berbeda pendapat dengan kita, dengan muslimin, dalam soal Allah, Allah itu Esa, Allah itu begini begitu, Kafir,” jelasnya.
“Berbeda pendapat dalam soal Nabi, bahwa Nabi itu ma’sum (terjaga dari kesalahan dan dosa -red), Nabi itu menerima wahyu yaa, Nabi Muhammad itu ahli dan mempunyai kelebihan dari Nabi dan Rosul, jika ada yang berbeda dari hal itu, Kafir dia,” tandasnya.
Menurut pria yang akrab disapa Abu Faqih ini, kekafiran kelompok maupun orang-orang yang mempunyai perbedaan mendasar tersebut, tidak bisa hilang lantaran hanya menyatakan dirinya tidak Kafir.
...Berbeda pendapat dalam soal Nabi, bahwa Nabi itu ma’sum (terjaga dari kesalahan dan dosa -red), Nabi itu menerima wahyu yaa, Nabi Muhammad itu ahli dan mempunyai kelebihan dari Nabi dan Rosul, jika ada yang berbeda dari hal itu, Kafir dia...
“Saya tidak Kafir, Ahmadiyah mengatakan saya tidak Kafir, urusan kamu. Kekafiran kamu tidak terhapus dengan pengakuan saya tidak Kafir. Tapi terbukti dari sikap-sikap kamu sendiri, begitu,” jelasnya.
Namun, banyak dari jama’ah yang hadir pada acara malam itu sangat kecewa dengan sikap ustadz Mudzakkir. Pasalnya, dia tidak secara tegas menyatakan Syi’ah dan personalnya Kafir. Padahal, seperti Khomeini dan tokoh Syi’ah lainnya secara jelas menyatakan kedua belas imam mereka ma’sum.
Dan yang membuat para jama’ah lebih jengkel, ustadz Mudzakkir justru mengatakan dirinya tidak bisa mengkafirkan Syi'ah. Dia berargumen bahwa tingkatan Syi’ah maupun personalnya berbeda-beda. Selain itu, dia menyatakan kalau Syi’ah juga bagian dari kaum muslimin. [Khalid Khalifah]