View Full Version
Selasa, 30 Jul 2013

Keluarga: Densus harus Segera Pulangkan Jenazah, Hidayat bukan Teroris

LAMONGAN (voa-islam.com) - Keluarga Muhammad Hidayat alias Dayah alias Kim, salah seorang korban penembakan Densus 88 di sebuah warung kopi, Jalan Pahlawan, Tulungagung, pada Senin (28/7/2013), membantah tuduhan terorisme yang disampaikan aparat kepolisian.

Mubarok, menyatakan bahwa adik iparnya itu bukanlah teroris, sebab selama ini Hidayat tak pernah pergi dalam waktu lama. Sehingga tak mungkin dikait-kaitkan dengan kasus terorisme.

“Kalau keluarga yang lebih tahu daripada pihak Polri, Dayat tidak pernah terlibat apa pun dan selama ini di rumah saja. Tidak pernah pergi ke mana-mana, hanya kesibukan kerjanya yang wiraswasta paling perginya dua atau tiga hari,” ujarnya di kediamannya, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, kepada voa-islam.com, Senin (29/7/2013).

Pihak keluarga pun tak pernah mendengar dari aparat jika Hidayat adalah DPO kasus perampokan Bank CIMB Medan, perampokan di Bali, bahkan kasus Poso.

Kalau keluarga yang lebih tahu daripada pihak Polri, Dayat tidak pernah terlibat apa pun dan selama ini di rumah saja. Tidak pernah pergi ke mana-mana..

Menurut Mubaok, aktivitas Hidayat selama ini cukup jelas, yakni sebagai wiraswasta. Ia berdagang secara online menerima pesanan dari para konsumen melalui internet.

“Kesibukannya dia jualan online, jadi bawa barang beli krupuk, sandal dan lain-lain,” ungkapnya.

Saat hari pertama mendengar kejadian adanya penggerebekan oleh Densus 88 di Tulungagung hingga saat ini, pihak aparat kepolisian sama sekali tak pernah mengirimkan surat keterangan, pemanggilan atau sejenisnya.

“Belum pernah, justru waktu kejadian ketika ada rilis di televisi sekitar jam 10.00 WIB, keluarga bersama anak dan istri langsung ke Polda Jatim untuk mengkonfirmasi apakah Dayat itu adalah keponakan saya, tetapi tidak diizinkan untuk melihat. Padahal kami sudah jauh-jauh datang, tapi karena tidak bisa melihat akhirnya kami pulang,” jelas Mubarok.

Pihak keluarga melakukan inisiatif tersebut karena melihat ciri yang sama pada jenazah Hidayat yang menjadi korban penembakan.

“Kita hanya ingin melihat, apa benar tuduhan teroris itu, sebab kelihatan adanya kesamaan dari cirinya, diantaranya baju yang dipakai. Fotonya Dayat itu yang pakai baju kuning dan bersimbah darah di mulutnya,” tuturnya.

Tes DNA sudah dilakukan terhadap pihak keluarga dan pihak Densus mengatakan bahwa kemungkinan satu  minggu hasil tes baru bisa dikeluarkan. Namun keluarga Hidayat mendesak agar Densus 88 segera memulangkan jenazahnya untuk segera dimakamkan.

“Kami minta segera dipulangkan jenazah adik kami, karena sudah menjadi tuntunan syariah bahwa penguburan jenazah harus disegerakan. Kalau diantara Densus itu ada yang mengaku beragama Islam mestinya mereka tahu bahwa menunda pemakaman itu adalah maksiat juga,” tandasnya.

Selain itu, pihak keluarga juga mengkhawatirkan hilangnya organ tubuh jenazah. Keluarga menilai, otopsi tak perlu dilakukan karena sudah jelas Densus 88 yang menembak mati.

“Mereka bunuh, ditembak langsung begitu, katanya penegak supremasi hukum, mana? Keluarga sangat ingin segera membawa pulang jenazah, karena sebagaimana kami ketahui dari media banyak dari terduga teroris yang ditembak mati itu diduga ada organ tubuhnya yang tidak ada. Jadi kami meminta disegerakan agar jangan sampai ada organ tubuhnya yang hilang. Mau diotopsi apalagi? Sudah jelas ditembak Densus, masih saja mau diotopsi,” tutupnya.

Muhammad Hidayat (22) korban penembakan Densus 88, kini meninggalkan seorang istri dan seorang anak perempuan berusia 1 tahun yang kini menjadi yatim.[Ahmed Widad]


latestnews

View Full Version