KLATEN (voa-islam.com) – Salah satu pihak yang turut menjemput jenazah Eko Suryanto ke RS Polri Sukanto Jakarta pada Selasa (30/7/2013) malam adalah Panut dan Wiyono, perangkat desa Kradenan kecamatan Trucuk kabupaten Klaten.
Panut adalah Modin di desa Kradenan, sedangkan Wiyono merupakan kepala desa atau Lurah desa Kradenan. Panut diamanahi Sugiyanto, ayah Eko untuk memandikan, mengkafani dan menyolatkan jezanah putra pertamanya tersebut saat berada di RS Polri Sukanto.
Sementara itu, pak Lurah Wiyono dimintai tolong pihak keluarga untuk membantu mengurusi administrasi pengambilan jenazah Eko di RS Polri Sukanto Jakarta. Tanpa keberatan dan sukarela, keduanya mengiyakan karena Eko dimata mereka sebagai pemuda yang baik dan sopan.
...Saya heran, kenapa jenazah (Eko -red) gak bau sama sekali. Betul-betul heran...
Keduanya, saat proses pemakaman telah usai, mengungkapkan ketakjubannya terhadap jenazah Eko yang menurut mereka lain dari pada yang lain. Jika pengalaman mereka mengurusi dan mengubur jenazah lebih dari sepekan, maka baunya sudah tidak enak lagi.
Namun, hal itu tidak berlaku pada jenazah Eko. Meski telah berada di RS Polri Sukanto selama lebih dari sepuluh hari, menurut pengakuan mereka, jenazah Eko tak ada bau busuk atau bau tak sedap sama sekali. Bahkan yang tercium adalah bau wangi.
“Saya heran, kenapa jenazah (Eko -red) gak bau sama sekali. Betul-betul heran,” kata pak Modin dan pak Lurah kepada panitia penguburan desa setempat dan voa-islam.com pada Jum’at (2/8/2013) seusai proses pemakaman.
Hal senada juga dinyatakan oleh Arkanul, juru bicara (jubir) perwakilan dari pihak keluarga Eko Suryanto. Dia mengiyakan hal itu, saat beberapa warga menanyakan kebenaran testimoni dari pak Modin dan pak Lurah Wiyono.
...Saya sendiri merasakan bau harum yang mengikuti saya sejak jenazah (Eko -red) datang, sampai selesai proses penguburan. Bahkan bau itu masih mengikuti saya sampai dirumah...
“Saya sendiri merasakan bau harum yang mengikuti saya sejak jenazah (Eko -red) datang, sampai selesai proses penguburan. Bahkan bau itu masih mengikuti saya sampai dirumah,” tuturnya.
Seperti diberitakan www.voa-islam.com sebelumnya, Eko Suryanto merupakan salah satu dari dua aktvis Islam korban pembunuhan Densus 88 di sebuah warung kopi di Tulungagung Jawa Timur, pada Senin (22/7/2013) lalu.
Eko adalah pemuda kelahiran dukuh Mluweh Rt.15/Rw.07, desa Kradenan, kecamatan Trucuk, kabupaten Klaten, Jawa Tengah, 28 Juli 1991 silam yang menurut para warga dan keluarga, sangat baik dan selalu berprestasi di sekolahnya. [Khalid Khalifah]
BERITA TERKAIT: