Ankara (voa-islam.com) Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menangis mendengar surat pemimin Ikhwan Mohamad Beltagy kepada putrinya, Asmaa (17 tahun) yang tewas di Rabi'ah al-Adawiyah Square, Rabu, 14/8/2013, akibat tembakan seorang sniper yang mengenai dada dan punggungnya.
Beltagy menerima kabar kematian putrinya, Asmaa, Rabu malam, bahkan pemimpin Ikhwan tak sempat lagi melihat putrinya, dan tidak dapat pula melihat jenazah putrinya saat terakhir ketika pemakamannya. Beltagy, tak pula dapat mencium kening putrinya, sebelum akhirnya dikuburkan.
Beltagy, menulis surat untuk putrinya, dan tidak mengatakan berpisah, tapi mengatakan suatu saat akan berkumpul di surga Kausar. Beltagy sangat sedih tidak memiliki waktu bagi putrinya, dan bahkan kesempatan untuk berbicara pun sangat terbatas. Tidak banyak waktu yang dimiliki oleh Beltagy bagi putrinya, dan waktunya yang lebih banyak bagi memikirkan perjuangan, sampai akhirnya menerima kabar putrinya tewas di Rabi'ah al-Adawiyah Square, Rabu malam.
Recep Tayyip Erdogan sangat emosional, merasakan betapa perasaannya, ketika mendengar surat Beltagy, dan nampak ia menyeka matanya, serta berkata ketika diwawancarai setelah mendengar surat itu oleh Euronews, hari Jumat, 23/8/2013.
"Sesekali, putri saya meminta saya untuk menghabiskan satu malam di rumah dengan dia, tapi saya harus bekerja keras, dan tidak bisa meluangkan waktu untuk dia ... saya melihat anak-anak saya sendiri seperti yang ada dalam surat el-Beltagy," kata dia.
Pada tahun 2010 Erdogan menangis di depan kamera saat melihat kematian anak-anak di Gaza. Akibat agresi militer Israel. Istrinya, Emine Erdogan, juga menangis di depan kamera selama kunjungannya 2012, ke Rakhine Myanmar, di mana dia bertemu dengan Muslimah etnis Rohingya, minoritas sangat teraniaya rezim Budha.
Perdana Menteri Erdogan secara terbuka mengkritik penggulingan militer mantan Presiden Mesir Mohammad Mursi dan telah memberikan dukungan yang kuat untuk Ikhwanul Muslimin Mesir. mshd/wb