View Full Version
Senin, 26 Aug 2013

Ketika HOS Tjokroaminoto Menjadi Inspirator Majelis Mujahidin

SENTUL –BOGOR (voa-islam.com) – Seabad Perjuangan Indonesia Bersyari’ah yang menjadi tema Kongres Mujahidin IV, bukan sekedar bernostalgia tentang benang merah perjuangan Indonesia bersyari’ah, tetapi dimaksudkan untuk menyadarkan kembali bangsa Indonesia, adanya mata rantai sejarah perjuangan kemerdekaan RI dengan syari’ah Islam. Demikian dikatakan Ketua Lajnah Tanfidziyah, Ustadz Irfan S Awwas kepada wartawan.  

Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)  mengingatkan kembali agar umat Islam jangan pernah lupa dengan tokoh bangsa ini, pendiri Sarekat Islam (SI) Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, yang merupakan guru dari Soekarno yang nasionalis, Kartowirjo yang Islamis dan Muso Alimin yang komunis. Ketokohan HOS Tjokroaminoto ini justru menjadi motor penggerak kemerdekaan Indonesia saat semua manusia tertidur dalam penjajahan kompeni Belanda.

“Dialah tokoh politik yang berhasil menggabungkan retorika politik melawan penjajah Belanda dengan ideologi Islam, hingga mengenyahkan penjajah dari Bumi Nusantara,” tandasnya mengingatkan.

Jangan lupakan kata-kata HOS Tjokroaminoto yang bernas kala ini: “Negara dan bangsa kita tidak akan mencapai kehidupan yang adil dan makmur, pergaulan hidup yang aman dan tenteram, selama ajaran-ajaran Islam belum dapat berlaku atau dilakukan menjadi hukum dalam negara kita, sekalipun sudah merdeka.”

Nah, jika alat-alat pemerintah RI yang memegang tampuk kekuasaan pemerintahan, dari pejabat hingga bawahan, sudah tidak takut lagi dengan hukuman Allah, yakinlah, negara akan rusak dan hancur dengan sendirinya. Segala perbuatan jahat seperti korupsi, penipuan, suap dilakukan secara terang-terangan merugikan negara, dilakukan dengan rasa aman oleh mereka, maka rakyatnya yang menjadi korban.

Perlu diketahui, Kongres Nasional pertama Sarekat Islam (SI) yang berlangsung di Bandung, 17-24 Juni 1916, dihadiri sekitar 360.000 peserta dari jumlah anggota SI seluruhnya 800.000 orang. Sebagai Ketua SI ketika itu HOS Tjokroaminoto membuka kongres dengan orasi politiknya yang menekankan pentingnya otoritas pribumi dan perjuangan kemerdekaan berlandaskan Islam.

Sekali lagi, dalam Kongres MMI IV ini Tjokroaminoto memberi inspirasi kepada umat Islam Indonesia saat inu, bahwa Syariah Islam dijadikan sebagai landasan pikiran,perasaan dan hatinya. Islam bagi Tjokroaminoto, adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dan dipersatukan sebagai dasar kebangsaan yang hendak diproses menuju Indonesia. Apa yang dharapkan Tjokroaminoto, menjadikan Syari’ah Islam sebagai solusi atas permasalahan negeri ini.

Pada akhirnya, Dialog Nasional yang melibatkan tokoh lintas agama, parpol dan ormas ini, dalam  Kongres MMI IV diharapkan dapat duduk bersama dan berupaya memahami bagaimana solusi Syari’ah terhadap berbagai kemelut yang terus melilit bangsa ini akan segera berakhir. Sehingga Baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafuur akan segera terwujud.

“Kami mencintai bangsa kami, dengan kekuatan ajaran agama Islam, kita melakukan yang terbaik untu semuanya. Kita mencintai tanah tempat tinggal dan lahir kita. Karena itu, kita ingin membangun bangsa, tanah air kita dengan berlandaskan Al Qur’an dan As-Sunnah,” ungkap Ustadz Irfan. [desastian]

 


latestnews

View Full Version