View Full Version
Jum'at, 30 Aug 2013

Polisi Baik cuma Tiga: Hugeng, Patung Polisi dan Polisi Tidur

JAKARTA (voa-islam.com) - Direktur Jamaah Ansharut Tauhid Media Center (JMC), Son Hadi mengungkapkan bahwa aksi penembakan terhadap polisi di Pondok Aren beberapa waktu lalu, bukanlah sesuatu yang istimewa.

Pasalnya selama ini aksi penembakan dan penyarangan terhadap polisi memang kerap terjadi seperti di Papua. Namun, menurut Son Hadi kasus penembakan polisi Pondok Aren kali ini seolah diangkat sebagai pengalihan isu.

“Saya pikir peristiwa pembunuhan polisi bukan sesuatu peristiwa yang istimewa ya. Bukan sesuatu yang baru, tetapi merupakan rangkaian yang cukup panjang. Polisi bisa menjadi korban baik itu di Papua, kemudian di antara polisi yang diserang aparat lain, bahkan polisi bunuh polisi, polisi yang bunuh diri pun juga ada. Tetapi justru menjadi menarik manakala ketika ada kasus korupsi Kepala SKK Migas tiba-tiba ada peristiwa penembakan polisi pondok aren. Lantas dihubungkan siapa pelakunya dengan terorisme dan lain sebagainya,  seperti ada pengalihan isu,” ujarnya di maktab JAT, Jalan Siaga, Pejaten, Pasar Minggung, Jakarta Selatan pada Rabu (28/8/2013).

Kasus penembakan maupun sejumlah penyerangan yang menyasar polisi bisa jadi lantaran akumulasi kekecewaan masyarakat.

“Ini bisa jadi merupakan akumulasi dari ketidaknyamanan masyarakat terhadap polisi itu sendiri. Memang ada polisi itu baik, kata Gus Dur yaitu Hugeng bekas Kapolri, patung polisi dan polisi tidur,” ujarnya sambil berkelakar.

JAT menilai polisi kini memang tak lagi menjadi pengayom masyarakat. Faktanya dari mulai tilang, pelaporan kehilangan, kasus korupsi hingga sikap brutal Densus 88, jelas yang menjadi korban adalah masyarakat.

“Kalau kita bikin angket atau bikin jajak pendapat saya yakin 90% lebih bahwa polisi itu membuat tidak nyaman, baik dalam urusan lalu lintas (tilang),urusan pelaporan kehilangan, kasus korupsi dan lain sebagainya. Bahkan tak jarang ketika orang melapor polisi justru dikriminalisasi polisi. Ditambah lagi akhir-akhir ini tindakan brutal Densus 88 yang mendapatkan teguran keras dari Komnas HAM tentang tindakan yang main bunuh, ini merupakan akumulasi-akumulasi  yang harus dapat memahami mengapa hari ini polisi menjadi sasaran tembak dan menjadi sasaran kebencian masyarakat,” jelasnya.

Adapun terkait pelaku, JAT memaparkan analisa sejumlah pengamat bahwa pelakunya adalah GM.

“Dimulai daripada penyidikan di TKP disimpulkan bahwa pelakunya terlatih dan profesional, ada yang menyatakan bukan teroris, bahkan ada yang menyatakan itu adalah pasukan siluman, bahkan lebih dekat lagi seorang pengamat mengatakan pelakunya itu GM (Gerakan Misterius), ya walaupun ada nama-nama yang mirip dengan itu,” imbuhnya. [Ahmed Widad]


latestnews

View Full Version